Sunday, 29 September 2019

Permak baju dewasa jadi baju anak


Baju Dewasa buat Anak Kecil

                Satu kebiasaanku kalau punya satu baju baru, maka satu baju lama harus keluar dari lemariku. Ceritanya aku punya batik baru, seragam saat perpisahan anak-anak di sekolah. So’ satu baju lama harus keluar dari lemariku.
            Beberapa saat, ketika memilih-milih  baju yang akan ku keluarkan dari lemari, aku punya ide bagaimana kalau bajuku aku rombak jadi baju untuk anakku, kira-kira bisa nggak ya?!...
 Dan ternyata bisa..
Lihatlah perbedaan baju saat aku pakai dan baju ketika dipakai anakku dibawah ini !





Wah... anakku langsung pengen difoto saat bajunya sudah jadi, padahal belum di obras.
                Mencoba memanfaatkan baju yang ada untuk anak kita tidak salah kan? Apalagi warna kainnya masih bagus (nggak belel). Daripada baju terus nambah, dan lemari sudah tidak cukup menampung baju-baju kita.
Dan Alhamdulillah... anak-anakku termasuk yang sangat suka kalau ibunya membuat baju mereka sendiri, apalagi yang dulunya pernah dipakai ibunya.
So’ buat anda yang membaca tulisan ini bisa mencobanya... membuat baju untuk anak tercinta itu sangat menyenangkan. Apalagi saat bajunya sudah jadi, anak berkomentar “Wah... ibu bajunya bagus” terus memeluk dan mencium pipi kita sambil bilang “Trimakasih ibu”
Hal seperti ini menjadi kenangan terindah dan moment  yang sangat berharga, terutama buatku yang sering meninggalkan anak untuk bekerja.
Semoga...  dengan membuat baju untuk mereka, pertemuan  kami termasuk pertemuan yang berkualitas... Amin
Ok... sampai disini tulisan ku... Sampai jumpa di tulisan-tulisanku berikutnya....










Thursday, 26 September 2019

Tutorial Membuat Sarung Bantal Tanpa Obras


Membuat Sarung Bantal tanpa Obras
Paling males kalau sudah jahit, mesti pergi ke pasar buat obras. Maklum rumahku jauh dari tempat obras. Satu-satunya tempat obras itu di pasar, butuh waktu yang tak sedikit dan ongkos yang lumayan mahal.
          Kali ini aku berniat membuat sarung bantal, dan berfikir bagaimana caranya supaya aku bisa membuat sarung bantal tanpa diobras, setelah dicoba-coba Alhamdulillah ternyata bisa...
Begini caranya:
1.     Siapkan bahan-bahan:




a.    Kain
b.    Benang senada dengan kain
c.    Renda (warna sesuai selera)

2.    Gunting kain sesuai ukuran bantal yang akan kita buatkan sarungnya, nah kalau bantalku ukuran sedang, ukurannya sebagai berikut:
a.    Kain 1, ukuran 60 x 45 cm
b.    Kain 2, ukuran 49 x 45 cm
c.    Kain 3, ukuran 22 x 45 cm

3.    Untuk kain 2 dan 3, jahit salah satu sisi yang panjang (45 cm), dengan melipatnya dua kali, seperti ini






4.    Susun kain 1 di bagian bawah, renda di tengah, dan kain 2 diatasnya seperti ini.




 Hati-hati menjahitnya, jangan sampai renda bagian tengah tidak terjahit, untuk mensiasatinya boleh gunakan jarum pentul, agar saat menjahit renda dan kainnya tidak bergeser.

5.    Untuk bagian sisi yang panjangnya 60 cm, pada bagian penyatuan kain 2 dan 3 dijahit dengan posisi overlap,  jangan lupa pakai jarum pentul juga agar kain tidak bergeser saat dijahit.





                                                   Hasilnya akan jadi seperti ini


6.    Gunting ke 4 sudutnya biar tidak menggumpal dan balikkan



7.    Terakhir beri jahit tindas di sekeliling sarung bantal, untuk memperkuat jahitan

Inilah hasilnya:


Ternyata membuat sarung bantal bisa juga tanpa diobras. Ok selamat mencoba! Bobo dulu ah... Jangan lupa berdo’a....
Bismika Allahumma Ahya wa Amut....




Wednesday, 25 September 2019

Guru BK 1


MUTIARA DI AWAN

Sekolah di atas awan, itulah nama yang kusematkan pada sekolah ini. Sekolah ini memang unik. Sekolah yang terletak di dataran tinggi, dengan suhu yang sangat dingin menusuk tulang, karenanya jam 7 pagi di tempat ini masih terlihat gelap, jalanan masih di tutupi embun pagi.  Sedangkan jam 3  sore, embun sudah turun pula, dengan jarak pandang 200 sampai 300 meter. Hal ini membuat kita harus hati-hati jika membaw kendaraan sendiri.
Di sekolah ini tempatku berbakti, sebagai seorang guru BK aku selalu berusaha berkarya dengan sekuat tenaga. Menjadi teman untuk anak-anak belia, teman curhat, teman berbagi. Menjadi  guru BK, membantu mereka menghadapi masalah dan membantu menemukan solusi dari permasalahannya. Tak jarang aku temukan satu mutiara di hati anak-anak didikku. Anak-anak memang dilahirkan dengan berbagai karakter, mereka dididik di keluarga dengan berbagai macam latar belakang. Maka tak aneh jika setiap anak memiliki karakter yang unik. Hanya tak banyak yang mengerti akan hal ini. Terkadang orang hanya menilai dari sisi luarnya saja, menjuluki anak dengan istilah anak nakal, anak pembangkang, anak malas, dan lain-lain. Tanpa tahu siapa sebenarnya anak ini.
            Ini terjadi pada salah satu anak didikku, sebutlah dia Kamil (bukan nama sebenarnya). Kamil adalah seorang anak laki-laki, dia tinggal tak jauh dari sekolah. Dia seorang anak dari kedua orang tua buruh petik daun teh, bisa dibayangkan kehidupannya sangat sederhana. Di kelas 7 dan 8, Kamil termasuk anak yang biasa saja, tidak terlalu menonjol dalam hal apa pun. Hingga suatu hari di kelas 3, saya memanggil Kamil ke ruang BK karena menurut wali kelasnya sudah sering tidak masuk sekolah.
            Masih teringat bagaimana dia memasuki ruang BK dengan lemas dan tertunduk, ia mengucap salam pelan dan duduk didepanku  yang terhalang satu meja di depannya. Kucoba sapa dengan penuh penerimaan, seperti  yang biasa ku lakukan pada siswa-siswa yang datang ke ruang BK dengan ataupun tanpa panggilan dari guru BK. Namun Kamil tak bergeming, dia tetap menunduk meski sesekali dia menjawab dengan ucapan singkat, ya dan tidak.
            Sepuluh menit berlalu dengan posisi menunduk, aku pun memintanya mengangkat kepalanya. “Kamil, coba lihat ibu!,” dengan ragu diangkatnya kepalanya, kucari bola matanya. Tampak merah warna matanya, keruh, tak sejernih mata yang pernah ku lihat 2 tahun sebelumnya, saat ia duduk di kelas 7. Tak lama kemudian diapun menerima keberadaanku, dan akhirnya menceritakan keadaannya, termasuk pegalamannya minum tuak. Bisa jadi memerah matanya, akibat dari kebiasaan meminum minuman keras seperti tuak, aku tak menyelidiki. Saat itu aku hanya ingin menjadi pendengar yang baik, mungkin sudah lama suara Kamil tidak didengar orang tuanya, guru-guru, masyarakat yang sudah terlanjur memberi label Kamil dengan nama-nama negatif.
Dari curahan hatinya, aku tahu Kamil termasuk anak yang masih bisa diarahkan ke arah yang lebih baik, meski dia mengaku sudah candu tuak, aku coba ingatkan padanya bahwa minum tuak bukan hanya sekedar merusak badan tapi lebih pada tanggung jawab diri sendiri sebagai muslim karena itu diharamkan agama. Ia tertunduk, terlihat penyesalan di dadanya, ada sedikit semangat untuk berubah. Dari ceritanya pula aku tahu, Kamil pernah menjadi juara qura’ (seni membaca Alquran) sewaktu di SD, hal ini membuatku penasaran. Ku sodorkan Alquran padanya, untuk dibacanya dan untuk menjawab kepenasarananku.
            Ternyata... memang benar, suaranya begitu indah. Orang lain pasti tidak akan percaya jika memang Kamil bisa membaca Alquran dengan sangat indah. Ku puji Kamil, bahwa suaranya sangat indah, Kuyakinkan dia, bahwa dia pasti bisa berubah dan menunjukkan perubahan pada semua orang. Kujanjikan dia, jika ada acara keagamaan. Aku akan merekomendasikannya untuk membaca Alquran di acara tersebut. Terlihat semangat dia mulai tumbuh. Selesai sudah pertemuanku dengan Kamil, anak yang dilabeli pemabuk, pemalas, pembangkang oleh semua orang. Tapi tidak bagiku, bagiku Kamil adalah satu mutiara yang belum ditemukan oleh semua orang.
            Waktu terus berlalu, tiba-tiba wakasek kesiswaan mengumumkan akan diadakan kegiatan PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) Isra’ Mi’raj di sekolah. Mendengar berita itu akupun langsung bertukar pendapat dengan bapak wakasek dan merekomendasikan Kamil tuk menjadi pembaca Alquran di acara PHBI. Alhamdulillah... beliau menyetujui.
            Tibalah waktu pelaksanaan PHBI, aku duduk baris kedua dari tempat duduk khusus guru-guru yang berada tepat di depan panggung acara. Dan saat pembacaan Alquran akan dilantunkan, ku dengar nama Kamil disebut. Semua guru-guru kaget dan bertanya-tanya. “Apa?!... Kamil baca Alquran? Tak salah?,” komentar salah satu guru yang duduk di sampingku. “Si Kamil yang pemabuk itu baca Quran? Apa dia bisa?,” lagi-lagi komentar negatif terdengar di sekitar tempat dudukku.
Hm.. Ya Allah mudahkan Kamil membacakan Alquran,” bisikku dalam hati. Dan Alhamdulillah... Kamil membacakan ayat Alquran dengan indah. Sunyi, hanya terdengar suara lantunan ayat Quran yang Kamil baca, semua guru dan teman-teman Kamil mendengarkan sampai Kamil selesai membaca Alquran.
Setelah selesai membaca Alquran, Kamil pun turun dari panggung, dan semua mulai riuh, semua berkomentar, seakan tak percaya bahwa Kamil bisa membaca Alquran dengan dangat indah. Masih ku ingat salah satu komentar guru padaku, “Bisa juga Si Kamil baca Quran bagus, nggak nyangka.”
Acara PHBI ini mungkin bagi sebagian besar sebagai hal biasa dan rutinitas yang setiap tahun diadakan. Tapi bagi Kamil, ini adalah tonggak sejarah dia membuktikan bahwa dia tidak pantas untuk dilabeli nama-nama negatif, sebagai pembuktian bahwa dia akan berubah menjadi Kamil yang lebih baik lagi. Alhamdulillah, sampai dia lulus, tak terdengar lagi dia mendapatkan kasus penyimpangan perilaku remaja.
Dua tahun berlalu, aku masih dinas di sekolah awan, sekolah yang berada di tengah perkebunan teh, dari mulai masuk perkebunan aku selalu disapa oleh lambaian pohon cemara yang kokoh berdiri di sepanjang jalan menuju sekolah awan. Namun hari ini ada yang berbeda, saat masuk ruang guru. Semua guru terlihat serius membacakan suatu hal, jiwa kepenasarananku pun membuat diri ini tak tahan untuk menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan.
Ternyata yang mereka bicarakan adalah Kamil. Kamil yang sudah lulus dua tahun yang lalu itu ternyata hari ini meninggal dunia. Innalillahi wa innailaihi raaji’uun. Ceritanya setelah lulus dari SMP dia bekerja di kota. Dia pulang memakai kendaraan motor di sore hari menjelang malam, tentu jarak pandang sudah sangat terbatas.
Menurut cerita guru-guru, dia meninggal dunia karena bertabrakan dengan pengendara motor lain yang berlawanan arah dengannya. Kamil meninggal di tempat kejadian, tubuhnya luka-luka, motornya rusak, hanya tasnya yang utuh dengan sejumlah uang didalamnya.  Yang membuatku haru adalah kabar bahwa saat itu Kamil sudah gajihan, ia hendak pulang dan memberikan uang pada ayah ibunya.
Kamil... kamu memang sudah berubah nak... Orang tuamu pasti bangga padamu... dan tentu merasa kehilanganmu... Semoga kau mendapatkan tempat terindah di Syurga, seindah lantunan ayat suci Alquran yang pernah kau bacakan. Aamiin.


(Artikel ini menjadi salah satu tulisan yang dimuat dalam Buku 62 Best Practice Pembelajaran, yang terbit tahun 2019)


Tuesday, 24 September 2019

Tutorial Membuat Sarung Bantal Kursi


Membuat Sarung Bantal Kursi

Hai... ketemu lagi dengan BlognyaIbudanGuru. Kali ini aku mau menulis pengalaman pertamaku membuat sarung bantal kursi. Mudah-mudahan bisa menginspirasi anda.
Awalnya aku punya satu set kursi bambu, karena ingin lebih nyaman diduduki, aku coba buat dudukan dan sandarannya. Alhamdulillah... bisa....

Cuman rasanya ada yang kurang, yang kurang itu adalah bantal kursi. Aku pun beli satu set bantal kursi, dan tentunya kalau beli bantal kursi pasti harus ada sarung bantalnya.

Tadinya sih mau beli jadi, biar simple. Cuman dipikir-pikir lagi, mending buat sendiri. Nah buat anda yang berniat membuat sarung bantal kursi sendiri, bisa ikuti langkah-langkah berikut:
1.      Siapkan bahan-bahan ini:
a.      Kain motif polkadot ukuran 22 x 45 cm, dan ukuran 27 x 45 cm , masing-masing satu lembar (untuk bagian belakang)
b.      Kain motif bunga ukuran 17 x 44 cm, dan kain motif senada dengan kain sebelumnya ukuran 27 x 44 cm. (ini untuk bagian depannya, warna disesuaikan selera anda)
c.       Kain keras dan kain motif bunga (untuk aplikasi kupu-kupu)
d.      Kain puring ukuran 45 x 45 cm untuk pelapis bagian dalam.
e.      Busa angin ukuran 45 x 45 cm untuk pelapis bagian dalam. (disarankan busa angin dengan tebal 3 mm)


2.      Membuat aplikasi kupu-kupu
a.      Buat pola kupu-kupu dikertas, lalu gunting




b.      Jiplak pola tadi di kertas yang lebih keras, biar lebih hemat aku pakai kardus susu



c.       Jiplak bentuk kupu-kupu di kain motif bunga dan di kain keras, lalu gunting.





3.      Satukan kain motif bunga ukuran 17 x 44 cm dengan kain motif senada ukuran 27 x 44 cm, dan jahit pula aplikasi kupu-kupunya dengan dialasi kain keras.
(Ingat... posisi kain keras ada dibawah ya!)  


(Hasilnya seperti ini)



4.      Langkah berikutnya, susun kain yang ada aplikasi kupu-kupu pada bagian atas, busa di tengah dan kain puring di bagian bawah, seperti ini:


5.      Jahit keliling keempat sisinya, lebar jahitan bisa pakai patokan sepatu mesin jahit.


6.      Rapihan kelebihan busa dan kain puringnya



                                                                        (Ini hasilnya.....)

7.      Susun kain bagian belakang, di atas kain tadi dengan bagian bagusnya berhadapan.



Pertemuan ditengah harus overlap, jangan lupa pakai jarum pentul agar kain tidak bergeser saat dijahit.

8.      Jahit keliling empat sisinya, dengan patokan sepatu mesin jahit. Hasilnya seperti ini:



Gunting sudut-sudutnya biar tidak menggumpal dan balikan




9.      Terakhir beri jahit tindas di sekeliling sarung bantal, untuk memperkuat jahitan dan agar terlihat lebih cantik hasilnya.




10.  Sarung Bantal Kursi pun sudah jadi deh! J




Ini hasilnya kalau sudah diisi bantal dan di pegang sama 3 bidadari mungilkuJ



Sampai disini dulu tulisan pengalaman plus tutorial sederhana dariku.
Dan sampai jumpa di tulisan-tulisanku berikutnya....

Sunday, 22 September 2019

Tutorial Membuat Dudukan Kursi Bambu


Membuat Dudukan Kursi Bambu

Kali ini aku mau berbagi cara membuat dudukan kursi. Kebetulan bulan kemarin lagi seneng-senengnya menjahit koz baru beli mesin jahit (he..he..)

Ok, langsung aja.
Berawal dari suamiku yang “hoby” beli kursi bambu, aku ingin kursi yang dipakai lebih nyaman diduduki, dan kebetulan mesin jahit baruku sudah datang jadi keinginanku membuat dudukan dan sandaran kursi tidak akan jadi halangan.

Yang pertama aku lakukan adalah berburu bahan, aku beli busa lembaran dengan tebal 4 cm. Untuk anda yang mau membuat juga, silakan tentukan tebal yang diinginkan, di toko busa tersedia lembaran busa dengan tebal yang beraneka ragam dari mulai busa angin yang cuman 3 mili meter sampai busa tempat tidur yang tebalnya 20 cm. Harganya pun beraneka ragam tergantung kualitas busanya, untuk masalah ini aku percaya saja sama Si Penjual. Aku beli yang satu lembarnya 160 ribu yang katanya paling bagus, aku tawar jadi 150 ribu perlembar.

Bahan berikutnya yang aku cari, kain buat lapis busa. Karena ini tahap percobaan, aku beli kain katun kilo an seharga 35 ribu, jangan lupa beli benang yang senada dengan kainnya.

Tahap berikutnya adalah siapkan alat-alat ini:
1.     Kater
2.     Gunting
3.     Penggaris (disarankan penggaris besi)
4.     Spidol
5.     Kapur khusus buat kain
6.     Meteran
7.      Lem perekat busa

Jika semua peralatan sudah tersedia, yuk kita mulai membuat dudukan kursi!
1.      Ukur panjang dan lebar dudukan kursi bambu
2.      Potong lembaran busa sesuai dengan ukuran dudukan kursi yang tadi sudah diukur, sebanyak 3 buah. Satu buah untuk sandaran, dua buah disatukan dengan lem perekat busa untuk dijadikan dudukannya.

(ini lembaran buat sandaran kursi)



(ini lembaran buat dudukan kursi nya)

Oh, ya. Aku lupa. Cara memotongnya: garisi busa pakai spidol dengan ukuran sesuai kursi yang akan dibuat dudukannya, potong busanya dengan memakai kater dan biar potongannya lurus gunakan penggaris.


3.      Langkah berikutnya gunting kain sesuai dengan panjang, tinggi dan lebar busa yang sudah dipotong-potong tadi.


4.      Jahit kain tadi, dan bungkus busanya. Hasilnya akan jadi seperti ini


Nah kalau sudah disimpan diatas kursi bambu akan terlihat seperti ini.


Lumayan kan? Ok, supaya lebih lengkap lihat juga tulisanku tentang Membuat Sarung Bantal Kursi....
Sampai Jumpa....

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...