Thursday, 19 September 2019

Syahadat bagi Muslim



Dua Kesaksianku

Asyhadu alla illaaha illallah, wa asyhaduanna muhammadarrasuulullah, dua kalimah syahadat ini mungkin sudah tak asing lagi kita dengar. Setiap muslim bisa dipastikan mengetahui arti secara bahasa (epistemologi) dari dua kalimah syahadat ini, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah,” tapi apakah kita bisa menjamin bahwa setiap muslim mengetahui makna dari dua kalimah syahadat ini? Atau bisa jadi kita termasuk orang yang belum memahami makna dari dua kalimah syahadat ini. Makanya gelar STMJ (Shalat Jalan Maksiat Jalan) masih melekat dalam diri.
            Kali ini mari kita bahas tentang makna syahadatain, yang tidak lain jika dibahasa indonesiakan berarti dua kalimah syahadat. Untuk memahami makna syahadatain ini, ada beberapa poin yang akan kita bahas di sini, yaitu:

v  Apa sih pentingnya syahadatain?
v  Sebenarnya, apa kandungan dari kalimat syahadatain itu?
v  Bagaimana cara berinteraksi dengan syahadat
v  Apa syarat syahadat bisa diterima
v  Bagaimana cara merealisasikan kalimat syahadatain

Pentingnya Dua Kalimah Syahadat


1. Gerbang menjadi seorang muslim
     Syahadat merupakan pintu masuk islam, seseorang yang akan masuk islam diwajibkan untuk mengikrarkan syahadatain, ini berlaku bagi umat non-islam (NONI). Bagaimana dengan orang-orang yang lahir dalam keluarga muslim, perlukah ia berikrar dihadapan ulama, seperti yang dilakukan orang NONI yang hendak masuk islam?
     Rasulullah SAW bersabda: ”Maa min mauluudin yuuladu ‘alal fitroh, fa abawaahu yuhawidaanihi au yunashiroonihi au yumajjisaanihi” “Tidaklah seorang anak manusia dilahirkan kecuali lahir dalam keadaan fitrah, lalau orangtuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Bukhori).     
      Fitrah disini adalah ketauhidan, artinya seorang manusia pasti lahir dalam keadaan bertauhid, maka orang tuanya dan lingkunganlah yang membuat aqidah ketauhidannya berubah.
Jadi selama dia menjaga ketauhidannya sampai ia dewasa, bahkan sampai dia tiada, maka dia dikategorikan sebagai seorang yang bertauhid, it means dia seorang muslim.
     Diceritakan dalam Alquran bahwa dahulu sebelum ruh dimasukkan kedalam jasad manusia, ruh-ruh manusia tersebut dikumpulkan di alam ruh. Disana mereka ditanya oleh Allah SWT: “Bukankan Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi” (coba lihat Alquran 7:172)
     Dengan keterangan tersebut jelaslah bahwa pada hakikatnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bertauhid, karena itu dalam islam seorang anak yang lahir dalam keluarga muslim, maka anak tersebut pun sudah menyandang sebagai muslim, tidak ada upacara “penyucian diri” atau setelah dewasa ia harus berikrar dihadapan ulama “bahwa saya seorang muslim” (mengucap syahadatain sebagai tanda masuk islam, tidak perlu dilakukan seorang yang dilahirkan dalam keluarga dan didikan islam).
Inilah yang dimaksud syahadat merupakan gerbang menjadi seorang muslim. Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan muslim karena sudah memasuki “gerbang menjadi seorang muslim” dengan melaksanakan ikrar (bersyahadat) di alam ruh. Terkecuali jika fitrah ketauhidannya tercemari dengan aqidah lain, hingga ia melupakan bahwa satu-satunya Tuhan yang layak disembah adalah Allah SWT (baca: dilahirkan dalam keadaan beragama selain Islam atau keluar dari agama islam/berpindah agama)
Fitrah ketauhidan dalam diri kita saat kita dilahirkan menjadi perenungan buat kita untuk senantiasa menjaganya dengan menjadi muslim yang sebenarnya, yang berani mengatakan AKU MUSLIM SEJATI, bukan MUSLIM BERLABEL STMJ.

2. Inti dari Ajaran Islam
     Islam adalah agama tauhid, agama yang mengajarkan penyembahan atas satu Tuhan seutuhnya. (bukan gabungan dari beberapa unsur atau pecahan dari unsur lain). Dengan kata lain tauhid menjadi inti dari ajaran Islam, dan makna tauhid/ peng-Esa-an terhadap satu Tuhan itu sendiri terdapat dalam kalimat syahadatain.
Oleh karena itu, memahami kandungan syahadatain menjadi suatu keniscayaan bagi setiap muslim.

3. Hakikat Da’wah Para Rasul
Semua Rasul, dari mulai Adam a.s. sampai Rasulullah SAW pada hakikatnya menyebarkan (menda’wahkan) kalimat Asyhadu alla illaaha illallah, yaitu keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dengan senantiasa menyembah-Nya dan diikuti dengan mengimani Rasul-Nya, menjadikannya sebagai tauladan dalam beribadah dan bermuamalah (hidup bermasyarakat)

4. Keutamaan yang besar
Man qoola Laai Ilaaha Illallah, dakholal jannah (Al-Hadits).
Barang siapa yang mengucapkan kalimat syahadat “Tidak ada Tuhan selain Allah”, maka ia akan masuk syurga.
Dengan demikian barang siapa yang ingin masuk syurga, bersyahadatlah, yakini dan fahami kandungannya. Dan tunjukan keyakinan itu dalam lisan dan perbuatan kita dengan senantiasa melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya (menjadi Muslim yang Kaafah)
Inilah yang menjadikan syahadatain menjadi hal yang sangat penting untuk diikrarkan, diyakini, dan difahami maknanya, karena syahadatain merupakan gerbang menjadi muslim, inti ajaran islam dan hakikat  da’wah para Rasul yang bisa menghantarkan kita bisa memasuki surga-Nya.
       Wallahu ‘alam.          

No comments:

Post a Comment

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...