Judul: Bumi
Penulis: Tere Liye
Tahun terbit: 2016
Cetakan ke: 3
Penerbit: PT Gramedia
Halaman: 438
Buku ini merupakan novel fiksi yang menceritakan seorang anak perempuan berusia 15 tahun, bernama Raib yang bersahabat dengan Sela dan memiliki "musuh" bernama Ali.
Novel ini terdiri dari 45 episode. Di episode pertama, diceritakan bagaimana kehidupan sehari-hari Raib yang tampak normal di tengah keluarga yang cukup harmonis. Aktivitas normal diceritakan pula saat Raib berada di sekolah.
Namun pada episode-episode selanjutnya, diceritakan ada yang istimewa dari Raib, Sela, dan Ali. Mulai dari Raib yang bisa menghilang, Sela yang bisa menghantarkan listrik, dan Ali yang jenius.
Membaca novel ini, mengajak kita berpetualang ke dunia lain yang merupakan imajinasi Penulis. Dengan digambarkannya dalam bentuk klan Bumi, Bulan, Matahari dan Bintang. Setiap klan memiliki dunia yang berbeda tapi bisa ditembus dengan sistem lorong berpindah.
Novel ini penuh dengan imajinasi yang luar biasa dari penulis, selain kekuatan yang dimiliki tiga tokoh utama, juga digambarkan kehidupan Klan Bulan yang unik seperti mandi dan sikat gigi dengan udara (tidak memakai air), rumah berbentuk bulan, alat transportasi berupa kereta kapsul super cepat dan sistem lorong berpindah, pakaian yang mengikuti ukuran tubuh si pemakainya, makanan yang semuanya berwarna hitam tapi rasanya enak, tempat makan dan minum berbentuk sepatu, kursi dan tempat tidur yang mengapung dan masih banyak lagi keunikan lainnya.
Semua berawal dari buku PR matematika yang diserahkan langsung Ibu Selena pada Raib, yang pada akhirnya memasukkan Raib, Sela dan Ali ke kota Tishri. Kota yang dihuni Klan Bulan.
Di kota inilah Ali yang awalnya dianggap musuh oleh Raib, lama kelamaan menjadi teman dekat. Bersama Sela, mereka bertiga berusaha untuk kembali ke dunia nyata yang dihuni Klan Bumi.
Banyak hal yang harus mereka lewati agar bisa kembali ke dunia nyata, mulai dari dikejar anggota Pasukan Bayangan sampai harus bertarung dengan Panglima Tamus, seorang manusia dari Klan Bulan yang berusia seribu tahun dan memiliki kekuatan luar biasa, sehingga siapapun yang bertarung dengannya pasti tak kan selamat.
Menurut saya buku ini sangat menarik dan menghibur, Berawal dari kehidupan nyata sampai memasuki dunia tak nyata, dari episode pertama sampai 44 saya belum menemukan apa yang dimaksud Bumi pada judul buku ini, tapi saya tetap menikmati alur ceritanya yang mengalir dan ringan dibaca. Sampai akhirnya semua terjawab di episode terakhir. Bahkan dituliskan pada lembar terakhir, buku ini bersambung ke buku 2 yang berjudul Bulan. Jadi penasaran dengan buku lanjutannya.
Untuk pembaca yang suka cerita fiksi, saya rekomendasikan buku ini untuk dibaca. Insya Allah anda akan menemukan kesan yang berbeda.
Sunday, 19 January 2020
Thursday, 16 January 2020
Resensi novel Pertemuan Sore Itu
Judul : Pertemuan Sore Itu
Penulis: Alyanis Desi
Penerbit: Mandiri Jaya Publishing
Cetakan : I
Tahun: 2018
Jumlah halaman: vii+213
"Sulit. Tak mudah untuk memutuskan pergi. Jika bukan kamu, maka aku yang akan menjauh. Karena tak mungkin berjalan dalam 'rasa' yang salah " (Hal.155)
Buku ini berupa novel yang menceritakan seorang guru muda yang cerdas, kreatif, sangat dekat dengan siswa dan mandiri. Guru ini bernama Annisa Alya Jameela.
Kepribadian yang dimilikinya membuat sang kepala sekolah mengangkatnya menjadi wali kelas di kelas terfavorit di sekolah itu.
Kecerdasanya membuat dia mendapatkan undangan bertemu langsung dengan nomor 1 RI, karena berhasil seleksi mengikuti lomba Best Practice Teacher tingkat Nasional di Bogor.
Kedekatannya dengan siswa, membuatnya disayangi oleh semua muridnya. Namun siapa sangka dari kedekatan dengan salah satu muridnya, dia berkenalan dengan seorang Priyo.
Berawal dari perkenalan dengan Priyo inilah, semua perasaan yang tak biasa dirasakan Alya. Mulai dari resah, cemas, tak berdaya, rindu dan cinta. Perasaan yang sebenarnya wajar dirasakan oleh seorang wanita ketika "tertarik" dengan lawan jenisnya.
Hingga suatu saat mereka berkomitmen untuk saling menunggu sampai kelak dipersatukan dalam ikatan rumah tangga. Namun berapa lama waktu untuk menunggu yang tidak terukur, membuat Alya tak nyaman. Dia merasa semua menjadi tak pasti, tak yakin dengan hubungan yang dijalaninya. Dia mulai bemesraan kembali dengan kegiatan keislaman, disinilah dia tahu bahwa hubungan yang dijalaninya selama ini bersama Priyo termasuk perbuatan mendekati zina.
Perasaan bersalah terus menghantuinya, ia pun memberanikan diri menanyakan kejelasan hubungannya pada Priyo, tegas dia bertanya kapan akan menikah. Dan jawaban Priyo, membuat Alya yakin untuk menjauhi Priyo.
Pada akhirnya Alya harus memutuskan apa yang menurut dia benar, meski dia tahu masih memiliki cinta dan harapan pada Priyo. Dia pergi merantau, menjauhi Priyo.
Tiga tahun berlalu di rantau membuat Alya rindu akan kampung halamannya, ia pun menyadari masih menyimpan harapan pada Priyo, namun apalah daya dia harus menerima kenyataan jika Priyo tak bisa dia miliki kembali.
Novel ini diawali dengan kata pengantar yang tidak biasa, penulis seolah sedang berinteraksi dengan seorang manusia padahal yang dimaksud adalah ide cerita.
Novel yang menurut saya cukup menarik. Dengan alur maju mundurmembuat pembaca penasaran dengan kelanjutan kisah yang diceritakan.
Wednesday, 15 January 2020
Resensi "Pemuda Bukan Remaja"
Penulis: Kiki Barkiah
Tahun terbit: 2019
Cetakan ke: 1
Penerbit: CV Mastakka Publish
"Karena tak semua anak yang telah baligh mencapai aqil"
Buku ini merupakan buku parenting keluarga muslim, terdiri dari 7 judul besar. Mengantarkan anak mencapai aqil saat masa balig tiba. Membangun konsep diri pemuda. Kolaborasi 10 metode pendidikan. Mengantarkan anak menuju kemandirian hidup sedari dini. Pemuda dan masalah. Allah tempat berserah, rumah solusi masalah. Berbagi kisah keluarga penulis.
Di awal membaca saya menemukan perbedaan antara konsep remaja dan pemuda, pada halaman-halaman berikutnya saya merasa buku ini penuh dengan teori, saya sempat bertanya-tanya apakah sampai halaman terakhir buku ini hanya teori parenting? Ternyata di judul terakhir saya menemukan jawabannya.
Dijudul terakhir ini dipaparkan contoh nyata pengaplikasian teori-teori yang dibahas sebelumnya. Contoh nyata yang dialami penulis selama mendidik anak-anaknya.
Kesan yang sangat luar biasa saat saya membaca di judul terakhir ini. Bagaimana penulis menyiapkan anak-anaknya menjadi cerdas dan mandiri finansial (mengelola keuangan), membimbing anak agar mencintai kebaikan, tentang kejujuran, membangun komunikasi yang baik, dan kondisi-kondisi saat sang anak sekolah di Pesantren. Semua penulis paparkan dalam bentuk diary.
Membaca kisah keluarga penulis, menggambarkan bagaimana mendidik itu tidak semudah teori dan tak sesulit yang dibayangkan. Kunci keberhasilan adalah senantiasa berikhtiar mengantarkan anak-anak menjadi pemuda yang aqil tabligh dan hidup mandiri. Dan senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan nya.
Secara keseluruhan buku ini termasuk buku yang saya anjurkan untuk dibaca para orang tua. Bukan hanya orang tua yang memiliki anak usia remaja saja, karena sejatinya pendidikan anak itu berawal dari saat anak masih hidup di alam rahim.
Adapun untuk orang tua yang memiliki anak remaja, buku ini akan sangat membantu membimbing para orang tua agar dapat mengantarkan anak remajanya menuju aqil balig dan kemandirian hidup.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Resensi "MAHARESA"
Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini. Ada dua novel yang udah selesai a...
-
Hai Readers! ... Apa kabar? Semoga semua dalam keadaan sehat. Jika ada diantara Readers yang lagi sakit, semoga segera disembuhkan. Aamiin. ...
-
Beberapa hari terakhir ini media Televisi ramai mensosialisasikan "New Normal." Apa sebenarnya new normal itu? New normal ad...
-
Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini. Ada dua novel yang udah selesai a...