Sunday, 31 May 2020

Sunnah Sedirham Surga



Judul: Sunnah Sedirham Surga
Penulis : Salim A. Fillah
Penerbit: Pro-U Media
Tahun: 2017
Jumlah halaman: 268 halaman

"Betapa sering kita bersemangat akan hal-hal besar dalam cita untuk memperjuangkan agama, lalu lalai bahwa Rasulullah SAW adalah teladan dalam tiap detak dan semua laku, pun yang sekecil-kecilnya.
Adalah Imam Abu Daud ketika berada di sebuah perahu, hanya demi nendo'akan seorang yang didengarnya bersin di tepian, rela membalikkan perahu yang ditumpangi nya. Lantas, para penumpang saling berbisik. Bagaimana kiranya tanggapan Abu Daud? Syahdan, sebuah kisah jikalau diramu dengan hikmah, maka ia aka. Terkenang dan menjadi renungan tersendiri bagi yang membacanya. Apalagi ia nyata dan teramu dari para Shalihin."

Demikian sebagian blurb yang ada dibagian belakang buku ini, sedikitnya menjadi gambaran bahwa buku ini berkisah tentang para Shalihin yang penuh cerita hikmah.

Ternyata benar isinya memang seperti itu, hanya saja ada plus nya. Di buku ini penulis mendapatkan atau teringatkan kisah-kisah tersebut bersamaan dengan pengalamannya ketika berkunjung ke beberapa daerah.
Seperti saat penulis mengunjungi Mesjid Nabawi. Penulis membahas tentang perbedaan taat dan adab yang dilakukan para sahabat.

Buku ini sangat menarik, di halaman awal biasanya kita akan membaca "kata pengantar" dari penulis. Di sini, penulis justru membuat judul "sepeminum kopi" untuk mengantarkan pembaca pada tulisannya.

Buku ini penuh dengan hikmah kisah yang terbagi menjadi 4 judul besar yaitu: Teladan Salaf untuk Para Muallaf, Belajar Bajik dari Ulama Klasik, Oratoria Para Ksatria, dan Belantara Cendekia Nusantara.

Masing-masing judul besar ini mungkin dibuat, untuk mengelompokkan kisah sesuai temanya. Contohnya di judul besar Belantara Cendikia Nusantara, kita akan menemukan pemaparan kisah tentang para ulama syeikh yang berasal dari Indonesia.

Secara keseluruhan buku ini sangat menarik, karena menyatukan cerita perjalanan penulis dengan kisah para salafush shalih. Hanya untuk beberapa kali, saya harus mengulang-ulang kalimat yang ada di buku ini karena kata-kata yang kurang familiar, menggunakan bahasa sastra.
Untuk pembaca pemula seperti saya, perlu kesabaran untuk memahami buku ini. Terlepas dari semua itu, buku ini sangat layak dibaca oleh semua orang, karena isinya sangat bermanfaat dan bisa menjadi cerminan dalam menjalani kehidupan agar sesuai dengan yang Allah inginkan.

Saturday, 30 May 2020

New Normal atau Herd Immunity???

Beberapa hari terakhir ini media Televisi ramai mensosialisasikan "New Normal." Apa sebenarnya new normal itu? 
New normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. 
Masyarakat, akan menjalani kehidupan secara new normal hingga ditemukannya vaksin dan dapat digunakan sebagai penangkal virus corona. Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai ditemukannya vaksin untuk Covid-19 (indonesia baik.id)

Beberapa kalangan menyebut kondisi seperti ini dengan istilah pemberlakuan herd immunity.

Apa itu herd immunity?

Herd immunity atau kekebalan kelompok adalah kondisi ketika sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar karena tidak banyak orang yang dapat terinfeksi.
(www.alodokter.com)

artinya menyerahkan pada seleksi alam ; yang kuat bertahan, yang memiliki imun lemah akan meninggal dengan sendirinya.

Apapun itu namanya, satu hal yang pasti dengan keadaan pendemi ini, mengingatkan kita untuk mentafakuri kembali ungkapan:



 اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا ، و اعمل لآخرتك كأنك تموت غدا 


"Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah kamu untuk akhiratmu seakan kamu mati esok hari" 


Ya, kematian yang selama ini selalu kita lupakan, padahal sungguh hal itu adalah keniscayaan. Pandemi corona ini mengingatkan kita akan kematian yang bisa saja datang secara tiba-tiba. New normal atau herd immunity sekalipun menjadikan kita agar selalu waspada agar tidak terkena virus corona yang sering kali pasiennya berujung pada kematian. Namun jangan sampai kita lupa, ada hal lain lagi yang harus kita waspadai yaitu mati dalam keadaan su'ul khotimah. Naudzubillahi min dzalik.

Karena itu selain menjaga diri menghadapi virus dengan persiapan vitamin, hand sanitazer, dis infektan  dan lain-lain. Kita juga harus menjaga ruhiyah kita dengan mempersiapkan diri menghadapi pengadilan akhirat dengan selalu mendekatkan diri pada Sang Pencipta, Allah SWT. Meningkatkan iman dan taqwa, dan selalu memohon perlindungan-Nya.

Pada hakikatnya bukan kematian yang ditakuti, tapi kehidupan setelah mati. Akan kemanakah kita berakhir, syurga kah atau neraka kah? 

Wallahu'alam






Tuesday, 26 May 2020

Mengenang Awal Ramadhan

Bulan Ramadhan tahun ini memang sudah berlalu, tapi kenangan di awal-awal Ramadhan masih tersimpan di memoriku.

Berbeda dengan bulan-bulan Ramadhan yang berkali-kali kulalui. Ramadhan kali ini memang sangat spesial. Ramadhan di tengah pandemi corona yang memaksa semua orang tetap berada di rumah, mulai dari sekolah sampai bekerja. Bahkan ibu-ibu rumah tangga yang punya jadwal rutin berbelanja untuk kebutuhan pangan di rumah. Saat pandemi harus meminimalisir waktu dan frekuensi berbelanjanya.

Berdiam diri di rumah memang butuh perjuangan, perlu banyak ide dan kreatifitas agar tidak bosan di rumah. Apalagi dalam keadaan perut kosong karena wajib bersaum di bulan Ramadhan.

Sebagai Guru saya bekerja di rumah, menggunakan gawai untuk update pekerjaan. Hal ini tidak butuh kreatifitas karena sudah ada juklak dan juknis pekerjaan. Tapi sebagai ibu dari anak-anak usia SD, mendampingi mereka di rumah selama 24 jam sehari penuh, benar-benar membutuhkan kreatifitas tingkat dewa.😊 Terlalu hiperbola memang.

Di awal program belajar di rumah, berdiam diri di rumah masih bisa dikondisikan bahkan guru-guru anak-anak pun masih semangat mensupport anak-anak. Menjelang Ramadhan, KBM dihentikan, anak diberikan tugas mengisi lembar kerja kegiatan Ramadhan. Untungnya sebelum Ramadhan datang, pihak sekolah sudah mengumumkan mengenai libur KBM ini.

Anak-anakku yang ketiga-tiganya masih usia SD, memintaku mengadakan sanlat seperti tahun lalu.

Tapi tahun ini kan sedang ada wabah, semua dilarang tuk berkumpul. Selintas aku berfikir belajar saja bisa online, kenapa sanlat tidak bisa.  Akhirnya dibuat konsep dan terciptalah menjadi  "Sanlat Ramadhan Online".

Pengumuman sanlat disebar H-1 Ramadhan, Alhamdulillah 20 peserta sudah terdaftar, termasuk ke 3 anakku. Aku membuat wag dengan nama "Ramadhan Bersama Flam"

Kegiatan sanlat dilakukan selama 7 hari berturut-turut dari tanggal 1 sampai 7 Ramadhan, bertepatan dengan tanggal 24-30 April 2020. Acara dimulai dari jam 8 dengan membaca 1 surat dalam Juz  'Amma.

Selanjutnya ada tausiyah singkat dan terakhir membuat kreatifitas yang hasilnya harus di foto san di share di status wa dan FB atau Ig jika peserta punya akunnya.

Berikut hasil kreatifitas anak-anak peserta Sanlat Online yang menjadi kenangan Ramadhan 1441 H kemarin:





Karena tak ingin sanlat ini hanya dirasakan oleh peserta, maka dibuatlah record hasil kegiatan sanlat di akun youtube Flam41n1 Family. Teman-teman bisa lihat di link berikut ini:

- https://youtu.be/v-dxs3WP5KU
- https://youtu.be/zgHiY8RNC_I
- https://youtu.be/-jyK1RWdvFM
- https://youtu.be/7Szi__0IfBY
- https://youtu.be/v03-x4I9M1w

Berbagi tulisan dan report kegiatan, tiada lain hanya ingin berbagi dan semoga bisa menginspirasi yang lainnya. 

PSBB di bulan Ramadhan bukan berarti berdiam diri tanpa aktivitas. Masih banyak yang bisa dilakukan , apalagi Ramadhan bulan penuh berkah.

Kegiatan sanlat online ini nyatanya membuat kenangan tersendiri buatku, dan mungkin buat para pesertanya. Hingga saat ini, ketika Syawal sudah menyapa, kenangan itu masih ada.

Wednesday, 13 May 2020

Resensi "Aku Tersentuh Cinta"

Judul: Aku Tersentuh Cinta
Penulis: Arif Rahman Lubis
Penerbit: Teladan Publishing
tahun: 2019 (cet ke-13)
jumlah: 302+VIII

"Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan muara bagi ribuan makna, wakil dari kekuatan tak terkira."

Itulah ungkapan Anis Mata yang dikutip penulis pada halaman 7 di buku ini.

Sebagaimana judulnya "Aku Tersentuh Cinta," buku ini berisi tentang cinta, perjalanan mencari dan menemukan cinta (jodoh).

Buku ini terdiri dari 5 tema besar, yang membahas tentang pacaran, perpisahan, memantaskan diri untuk cinta, meraih restu orang tua, dan cara mendekatkan jodoh.

Lima tema besar ini dibahas penulis dengan bahasa santun dan bersahaja, memberi ilmu tanpa menasehati. Penulis juga seringkali memberi contoh kisah untuk menguatkan materi yang dibahas ya dalam buku ini. Sehingga pembaca akan memahami bagaimana syari'at Islam mengajarkan pada umatnya cara berinteraksi dengan cinta agar sesuai dengan fitrahnya dan terhindar dari fitnahnya.

Ketika kita membaca lembaran buku ini, kita akan menemukan kesimpulan ataupun kutipan yang dicetak tebal dengan huruf besar dalam satu halaman yang terpisah. Ini membantu pembaca untuk mengingat dan memahami point penting dalan pembahasan tiap tema.

Buku ini dicetak dengan jilid hard cover, dengan kualitas kertas yang bagus, sehingga walaupun tebal terasa ringan dibawa saat kita membacanya.

Secara umum buku ini sangat bagus dan saya rekomendasikan untuk dibaca teman-teman yang sedang tersentuh hatinya oleh cinta, dan dalam proses mencari dan menemukan pendamping hidupnya.

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...