Saturday, 11 July 2020

Pengalaman KB, dari suntik sampai minum pil

Aku dan krucil tahun 2012

Tengah malam sampai shubuh rasa mual itu selalu muncul ketika saya konsumsi pil KB.

Seperti saat ini, tepat jam 12.30 malam aku terbangun karena rasa mual tak tertahan. Dari pada sendirian tersiksa karena rasa mual, aku akan berbagi pengalamanku berkelana dengan KB.


Orang bilang, menulis itu bisa jadi terapi kan. Jadi aku terapi menulis untuk mengusir rasa mual ku kali ini.

Ok, readers saat ini adakah diantara readers yang pernah mengikuti program KB? Yap sebelum lebih lanjut menceritakan pengalamanku. Aku mau bertukar info dulu nih.

Setahuku program KB itu ada 2 macam, yaitu KB alami dan KB non alami.

Untuk penjelasan ilmiah nya readers bisa googling. Tapi kalo menggunakan bahasa ku, KB alami tuh merencanakan kelahiran anak dengan cara alami, yaitu saat anak pertama lahir, beri anak kita dengan ASI eksklusif selama 2 tahun, tanpa tambahan sufor ya readers. Ini akan menunda kehamilan selama 2 tahun juga.

Buat readers yang suka nambahin anaknya dengan sufor, jangan harap KB alami ini berhasil. Jadi kalau mau berhasil, cukup ASI saja.

Lanjut ke KB non alami, KB ini terbagi dua. Ada yang hormonal dan ada yang non hormonal (memakai property)

KB hormonal ada dengan suntik ada juga dengan pil KB. Suntik ada yang sebulan sekali ada yang tiga bulan sekali. Kalau pil banyak merknya, di apotik tersedia macam-macam pil tinggal dipilih saja sesuai kondisi keuangan dan kesehatan kita.

Nah kalau yang non hormonal, ini KB yang kata bu bidan paling aman buat perempuan, yaitu dengan memasukkan property KB ke dalam tubuh Sang Ibu (implan, IUD dll) .


Pengalamanku dengan KB


Saatnya aku sharing pengalamanku ber-KB. Dulu saat awal menikah yang ditunggu-tunggu itu garis 2 di tespek. Dan Alhamdulillah dari menikah sampai hamil anak pertama hanya kosong 3 bulan.

Pengalaman pertama hamil jadi pengalaman berharga dan menjadi kenangan yang indah di kepala, saat melahirkan pun demikian. Apalagi pengalaman saat anak terus tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria, wah sungguh sangat bahagia rasanya.

Ok, fokus lagi ke pengalaman KB ya.

Saat lahir anak pertama aku memutuskan untuk KB alami, karena untuk KB hormonal dokter kulitku melarangnya soalnya aku ada masalah sama jerawat. Untuk KB non hormonal pun aku belum berani. Secara ... waktu itu aku masih muda🤭.

Tapi ternyata ASI ku tidak banyak, akhirnya bayiku BB nya dibawah rata-rata. Bidan menyarankan untuk tambah sufor, apalagi aku juga berprofesi sebagai guru. Jadi anak sering ditinggal. Saya berusaha pompa ASI, tapi setiap pompa hanya 10 sampai 30 mili. Terus terang, aku suka iri melihat Ibu yang ASInya banyak, dan sedih karena melihat ASI ku sedikit, padahal obat bidan untuk penambah ASI aku konsumsi, sayur katuk aku makan setiap hari, termasuk pijat ASI. Tapi tetap ASI ku kalau dipompa, hasilnya tidak lebih dari 30 mili. Akhirnya aku terima saran Bidan, untuk memberikan tambahan sufor pada anak pertamaku,  anakku pun tumbuh jadi anak yang sehat dengan BB normal sesuai dengan pertumbuhannya.

Dengan demikian KB alamiku gagal.

Terlahir lah anak ke-2 saat kakaknya berusia 1,5 tahun. Mulailah browsing, KB apa yang aman untukku. Ternyata ada 1 pilihan yang pantas dicoba, yaitu "suami yang ber-KB"


Alat Kontrasepsi Bikin Salah Persepsi, Simak Kata Ahli
haibunda.com

Ternyata pilihan ini pun gagal. Lahirlah anak ke 3 dengan beda usia 1 tahun dengan anak ke 2.😱

Setelah anak ke-3 lahir aku beranikan diri memakai KB hormonal, meski dokter kulitku melarang. Demi pertumbuhan anak-anakku, aku nekad memilih KB hormonal, kasihan mereka kalau terus-terusan punya adik.



KB Suntik 3 Bulan: Kenali Cara Kerja, Manfaat dan Risikonya
hallosehat.com

Bismillah, saat itu aku coba suntik KB. Ternyata efek sampingnya, betis ku terasa berat kalau melangkah. Akupun berencana pindah ke pil KB. 
Browsing lagi di internet, merk pil apa saja yang ada.




49+ Harga Diane Pil Kb Diane Murah Terbaru 2020
katalog.or.id

Maka jatuhlan pada merk Diane, katanya pil ini tidak membuat muka berjerawat, hanya memang harganya lumayan. Akupun mencobanya, tapi ternyata efek sampingnya mual luar biasa, kaya mual lagi hamil, membuat aku sulit beraktifitas. 

Pencarianku mencari KB yang cocok tidak terhenti di sini, karena sadar termasuk Ibu yang masih produktif dan kata orang termasuk subur, aku pun mencoba kembali pil KB. Kali ini aku mengkonsumsi pil KB Andalan Laktasi. Pil KB khusus ibu menyusui, seperti halnya pil KB yang lain, Pil ini harus dikonsumsi setiap hari secara teratur, bedanya pil ini khusus untuk Ibu menyusui agar tidak mengganggu produksi ASI dan Alhamdulillah cocok buatku.


7 Merek Pil KB yang Beredar di Indonesia | Popmama.com
popmama.com

Pil KB Andalan, Sahabat Pilihan Wanita - K24Klik
K24Klik.com

Saat anakku berusia 2 tahun, sudah tidak minum ASI, aku pun berpindah ke Andalan yang biasa (bukan untuk ibu menyusui), ternyata pil yang satu ini memiliki efek yang sama saat aku mengkonsumsi Diane. Seharian kepala pusing dan mual-mual. 

Saat itu ada rekan kerja yang menyarankan pil KB yang sama dengan yang ia konsumsi yaitu Microgynon.


Microgynon tablet | Informasi Obat, Dosis, Efek Samping
sehatq.com


Aku pun mencobanya, setelah pil Andalan ku habis selama satu bulan. Jadi, readers kalau aku mau pindah konsumsi pil KB, aku selalu menghabiskan dahulu pil tersebut selama satu bulan, baru pindah pil KB yang baru.

Nah,... semenjak itu dan sampai sekarang aku masih setia dengan pil KB ini. Karena ini yang paling cocok denganku, meskipun ada efek samping mual tapi mual nya masih ringan dan bisa aku tolelir.


Ya... Itulah pengalamanku dalam ber-KB. Gimana readers semua ber-KB juga? Boleh komen dan sharing di sini.









Resensi "The Beautiful Geek"

Judul: The Beautiful Geek
Penulis: Tria Barmawi
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2014
Jumlah halaman: 196 halaman

Novel ini menceritakan seorang siswi genius yang bernama Jihan. Di usia SMP ia kesulitan bersosialisasi dengan teman-temannya karena dianggap aneh, kutu buku, dan tidak berpenampilan menarik.

Penilaian sebagian besar temannya itu, membuat Jihan tidak percaya diri dan selalu menarik diri dari pergaulan. Lalu datang sosok Aidan, laki-laki yang banyak digemari siswa perempuan di sekolahnya, tapi justru menyukai Jihan. Begitupun dengan Jihan, dia menyukai Aidan. Hanya saja mereka tak pernah menyatakan isi hatinya masing-masing.

Hingga suatu hari Jihan mendengar percakapan teman-teman perempuannya yang membuat dia menjauhi Aidan.

Sampai akhirnya mereka masuk SMA di sekolah yang sama, SMA Garda Pertiwi, meskipun kelas yang berbeda. Di sekolah inilah, Jihan berusaha berubah, lebih berbaur dengan teman-temannya. Dia bahkan diajak bergabung dengan kepanitiaan festival tahunan OSIS yang mengusung tema kesukaannya, Board Game.

Tiba-tiba Harsya, anak laki-laki populer di SMA Garda Pertiwi yang juga sahabat Aidan, menyatakan perasaanya pada Jihan, saat mereka mengikuti seleksi peserta kompetisi nasional sekolah berprestasi.

Konflik terjadi saat gosip hubungan Harsya dan Jihan menyebar di sekolah, padahal Jihan tidak pernah menerima ajakan Harsya untuk pacaran. Jihan dibully genk Jessika karena Chiara anggota genknya menyukai Harsya. Jihan dianggap "pelakor"

Selain dibully, acara festival tahunan sekolah pun kena imbasnya. Genk Jessika yang menjadi team pencari dana acara festival tahunan, tidak mau mencari dana jika Jihan tidak dikeluarkan dari kepanitiaan.

Saat keadaan seperti inilah  justru terlihat Aidan  yang tampil melindungi, mesti dengan cara yang tidak biasa. Sehingga Jihan merasa dibenci Aidan. Benarkah demikian?

Novel ini sangat menarik, bahasa yang digunakan mengalir namun tetap fokus. Membacanya setiap halamannya membuat saya ingin tahu bagaimana akhirnya.

Konflik yang diangkat pun cukup bikin baper, sehingga saya bisa merasakan bagaimana jika saya berada pada posisi Jihan.

Suasana sekolah SMA dengan ulangan-ulangan dadakan, guru yang killer, persahabatan, teman genk, bahkan pembullyan yang diceritakan di novel ini terasa sangat hidup.

Tak lupa walaupun tersirat, penulis juga memaparkan  hikmah dibalik isi cerita novelnya.


Thursday, 2 July 2020

Lika-liku Perjalanan Menjadi PNS / ASN (Aparatur Sipil Negara)


          Assalamu’alaikum readers, gimana kabar semua? Semoga sehat selalu, meski kita masih di tengah wabah corona. Semoga wabah ini cepat berlalu. Aamiin.

          Ngomong-gomong tentang  “berlalu,” aku punya kenangan tentang masa lalu yang ingin kutulis hari ini. Kenangan perjalananku menjadi seorang PNS.

          Terus terang, aku tidak pernah punya cita-cita menjadi seorang PNS. Menjadi seorang guru SMP pun tidak pernah terfikirkan, bahkan waktu kecil aku bertekad kalau sudah besar tidak mau jadi guru karena sebagian besar kakakku berprofesi guru. Bahkan ayahku pun seorang Kaur TU di salah satu SMAN di Bandung, saat itu.

          Namun perjalanan hidup tidak ada yang tahu. Awal mula aku berkenalan dengan dunia KBM (kegiatan belajar megajar) adalah saat aku dipercayakan mengajar mengaji  anak usia kelas 6 SD di MDA Nurul Iman, saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMA. 

Sebenarnya, agak malas juga mengajar... Hanya karena waktu itu MDA membutuhkan sekali pengajar. Sementara ayahku menjadi kepala sekolahnya, dan semua kakakku mengajar di sana pula. Maka dengan terpaksa aku menjalaninya.
Sampai akhirnya aku kuliah di IAIN SGD, karena kesibukan di kampus (berangkant jam 5.30 pagi, dan  baru sampai rumah Magrib menjelang Isya) , akhirnya mengajar di MDA dilepas.
Terputuskah disana?... ternyata tidak.

          Selepas kuliah S1, lulus dengan gelar S.Sos.I., kembali aku mengajar di Nurul Iman, namun kali ini mengajar di tingkat TK nya, yaitu TKA Nurul Iman, dimana Kepala Sekolahnya adalah kakakku yang nomor 5. Saat mengajar di TK inilah, datang brosur kuliah beasiswa PGTKA di YASBIQ – Bandung. Iseng-iseng daftar dan mengikuti seleksi, Alhamdulillah lulus, aku dapat beasiswa kuliah disana selama 2 tahun. Kuliah hanya sabtu dan ahad. Senin sampai Jum’at mengajar di TK Nurul Iman, semua berjalan seperti air mengalir, sambil selalu berusaha mencari profesi lain selain guru.

Aku pernah mencoba melamar ke beberapa Rumah Sakit di Bandung lewat pos, melamar sebagai WAROIS (perawat rohani islam), salah satu prosfek pekerjaan yang ditawarkan jurusanku. Namun entah sampai apa tidak suratnya, atau memang harus melamar langsung ke tempatnya. Yang jelas aku tidak pernah mendapat surat panggilan bekerja dari RS yang kukirimkan surat lamarannya.

Tahun ke 3 dari kelulusan S1 ku, aku diminta kakak ke-3 mengajar di TK nya yang berada di Kabupaten Bandung, karena beliau sedang hamil muda. Akhirnya pergilah aku dari kota Bandung ke Kabupaten Bandung.
Menjadi guru TK bukanlah cita-citaku, tapi entahlah seakan hanya jalan ini yang terbuka untukku saat itu.
Kujalani hari-hariku menjadi guru TK, sambil terus ikhtiar melamar via pos (karena jaman itu, belum ramai lamaran via online). Hanya kurang lebih 6 bulan aku mengajar di TK ini, karena keburu ada panggilan kerja di TKIT-Bandung dan SDIT-Cimahi. Lagi-lagi hanya “sekolah” yang menerima lamaran kerjaku, tapi tak apalah.

Aku ikuti beberapa tahap seleksi menjadi guru di kedua sekolah ini, karena aku tak pernah tahu sekolah mana yang akan menerimaku menjadi salah satu tenaga pengajarnya.

Wah, lumayan panjang ya, perjalanan ku menuju PNS.
Readers masih betah nggak membacanya?
Kalau udah pegel, boleh lah bawa minuman, atau camilan ringan dulu.🙆

Ok, kita lanjutkan ceritanya. Qadarullah, TKIT sudah menerimaku, aku disuruh melengkapi berkas-berkas. Dua hari kemudian aku dapat telpon dari Kepsek SDIT, bahwa akupun diterima di sana.
Bingung?... Tentu saja aku bingung, bagaimana aku harus memutuskan dua pekerjaan yang sama-sama menerimaku.

Aku istikhoroh dan minta pendapat ibu dan kakak-kakakku, dan akhirnya kuputuskan mengundurkan diri dari TKIT sebelum menjadi guru di sana. Dan melanjutkan langkahku menjadi guru di SDIT.

Tahun pertama dipercayai menjadi Manajer Kelas I (2007-2008), tahun ke-2 pun masih dipercayai Manajer Kelas I. Dan pada tahun  inilah aku mengikuti test administrasi seleksi masuk CPNS (2009)

Saat itu kuiikuti 2 seleksi administasi, yaitu untuk jadi Penyuluh di Departemen Sosial Bandung Barat dan untuk menjadi Guru BK di Departemen Pendidikan Kabupaten Bandung. Ternyata tanpa disangka administrasi ku diterima oleh keduanya. Aku bingung lagi.... Sebenarnya, aku ingin ke departemen sosial, karena memang dari awal aku tidak berkeinginan menjadi guru.
Aku istikhoroh...

Saat itu kondisiku sedang hamil muda (sering muntah), tempat seleksi Bandung Barat cukup jauh sementara tempat seleksi Kabupaten Bandung lumayan dekat dengan tempat tinggalku waktu itu. Maka diputuskanlah untuk mengambil tes di Kabupaten Bandung saja. 

Bayangkan dengan kondisi hamil muda, mual, pusing, pengen muntah, saya dihadapkan dengan 100 soal lebih yang harus di isi. Ku jawab semua soal sambil menahan rasa mual, bahkan aku tak yakin apa jawabanku benar atau tidak. Pokonya Bismillah saja, kalau ini rejeki si “utun” (panggilan jabang bayi diperut, b.Sunda) pasti lulus, kalau tidak lulus pun tak apa. Begitu lah bisikan hatiku saat itu.

Selepas mengisi soal, akupun keluar ruangan tes disambut suami tercinta dan langsung pulang istirahat. Hari-hari berikutnya tinggal menunggu hasil sambil terus beraktivitas sebagai guru di SDIT. Tak ada keinginan menggebu untuk bisa lulus tes CPNS, jika lulus Alhamdulillah, tidak pun Alhamdulillah. Keyakinan bahwa Allah SWT akan selalu memberikan keputusan terbaik untuk hamba-Nya selalu jadi keyakinanku.

Dan ternyata... Alhamdulillah aku lulus tes CPNS, aku diminta datang ke gedung yang ada dilingkungan PEMKAB untuk mengambil SK CPNS sekaligus mengetahui dimana aku ditugaskan (2009).

Di hari yang sudah ditentukan, aku sudah berada di gedung PEMKAB. Dengan pakaian rapi ala ibu hamil aku duduk disalah satu deretan kursi lipat "cheetos" bersama ratusan CPNS lainnya. Sementara bagian depan ruangan sudah berderet meja panjang dengan tumpukan map berisi SK CPNS. 

Acara di buka oleh beberapa pejabat Dinas dengan sambutan-sambutannya, selanjutnya pemanggilan peserta CPNS. Panitia memanggil satu per satu CPNS untuk berjalan ke depan meja panjang yang ada dihadapan kami semua, menerima map yang isinya SK CPNS dan surat tugas dimana kita ditempatkan.

Setiap nama dipanggil, hatiku rasa berdebar keras, bertanya-tanya dimana kira-kira aku ditugaskan? Aku sadar sebagai CPNS harus bersedia dimana saja, maka satu yang kuharapkan adalah ditempatkan di sekolah yang rekan-rekan kerjanya baik dan saling mendukung.

Akhirnya namaku disebut, akupun melangkah ke depan menghampiri meja panjang dengan tumpukan map SK, panitia langsung menyerahkan satu map padaku dan memintaku menanda tangani form penerimaan SK. Setelah selesai, aku kembali ke kursi lipatku dan membuka map, ku cari nama sekolah yang ada di surat tugasku, di sana tertulis SMPN 3 Pangalengan. Sekolah nun jauh disana, jauh dari hingar bingar kota, sekolah ditengah perkebunan teh yang setiap pagi dan sorenya dipenuhi kabut. Teman-teman seperjuanganku yang sama-sama PNS menyebut sekolah ini sekolah “tungtung langit” (bhs.Sunda, ujung langit). Sementara aku lebih suka menyebutnya “Sekolah di atas Awan”


SMPN 3 Pangalengan (21Agustus 2015) 

Itulah kisah perjalananku menjadi PNS, tak ada yang instan, semua butuh perjuangan dan harus sabar menjalani proses. Biarlah Allah SWT yang memberi jalan, kita hanya diwajibkan berikhtiar. Betul kan readers?

Semua orang punya cita-cita, maka berikhtiarlah dan iringilah dengan doa. Karena kita tak pernah tahu apa yang terbaik menurut Allah SWT untuk kita, dan kita tak pernah tahu jalan hidup kita. Hanya Dia, hanya Allah saja yang Tahu.

Kuncinya: Cita-cita, Ikhtiar, Doa, dan Tawakal

Ok, hari ini aku cukupkan tulisanku sampai disini ya. Semoga bermanfaat...
Wassalam...

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...