Assalamu’alaikum readers, gimana kabar semua? Semoga sehat
selalu, meski kita masih di tengah wabah corona. Semoga wabah ini cepat
berlalu. Aamiin.
Ngomong-gomong tentang
“berlalu,” aku punya kenangan tentang masa lalu yang ingin kutulis hari
ini. Kenangan perjalananku menjadi seorang PNS.
Terus terang, aku tidak pernah punya cita-cita menjadi
seorang PNS. Menjadi seorang guru SMP pun tidak pernah terfikirkan, bahkan
waktu kecil aku bertekad kalau sudah besar tidak mau jadi guru karena sebagian
besar kakakku berprofesi guru. Bahkan ayahku pun seorang Kaur TU di salah satu
SMAN di Bandung, saat itu.
Namun perjalanan hidup tidak ada yang tahu. Awal mula aku
berkenalan dengan dunia KBM (kegiatan belajar megajar) adalah saat aku dipercayakan
mengajar mengaji anak usia kelas 6 SD di
MDA Nurul Iman, saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMA.
Sebenarnya,
agak malas juga mengajar... Hanya karena waktu itu MDA membutuhkan sekali
pengajar. Sementara ayahku menjadi kepala sekolahnya, dan semua kakakku
mengajar di sana pula. Maka dengan terpaksa aku menjalaninya.
Sampai akhirnya aku kuliah
di IAIN SGD, karena kesibukan di kampus (berangkant jam 5.30 pagi, dan baru sampai rumah Magrib menjelang Isya) ,
akhirnya mengajar di MDA dilepas.
Terputuskah disana?...
ternyata tidak.
Selepas kuliah S1, lulus dengan gelar S.Sos.I., kembali aku
mengajar di Nurul Iman, namun kali ini mengajar di tingkat TK nya, yaitu TKA
Nurul Iman, dimana Kepala Sekolahnya adalah kakakku yang nomor 5. Saat mengajar
di TK inilah, datang brosur kuliah beasiswa PGTKA di YASBIQ – Bandung.
Iseng-iseng daftar dan mengikuti seleksi, Alhamdulillah lulus, aku dapat beasiswa kuliah disana selama 2 tahun. Kuliah hanya sabtu dan ahad. Senin
sampai Jum’at mengajar di TK Nurul Iman, semua berjalan seperti air mengalir,
sambil selalu berusaha mencari profesi lain selain guru.
Aku pernah mencoba melamar ke beberapa Rumah Sakit di Bandung lewat pos, melamar
sebagai WAROIS (perawat rohani islam), salah satu prosfek pekerjaan yang
ditawarkan jurusanku. Namun entah sampai apa tidak suratnya, atau memang harus
melamar langsung ke tempatnya. Yang jelas aku tidak pernah mendapat surat
panggilan bekerja dari RS yang kukirimkan surat lamarannya.
Tahun
ke 3 dari kelulusan S1 ku, aku diminta kakak ke-3 mengajar di TK nya yang
berada di Kabupaten Bandung, karena beliau sedang hamil muda. Akhirnya pergilah
aku dari kota Bandung ke Kabupaten Bandung.
Menjadi guru TK bukanlah
cita-citaku, tapi entahlah seakan hanya jalan ini yang terbuka untukku saat
itu.
Kujalani hari-hariku menjadi
guru TK, sambil terus ikhtiar melamar via pos (karena jaman itu, belum ramai
lamaran via online). Hanya kurang lebih 6 bulan aku mengajar di TK ini, karena
keburu ada panggilan kerja di TKIT-Bandung dan SDIT-Cimahi. Lagi-lagi hanya “sekolah”
yang menerima lamaran kerjaku, tapi tak apalah.
Aku
ikuti beberapa tahap seleksi menjadi guru di kedua sekolah ini, karena aku tak
pernah tahu sekolah mana yang akan menerimaku menjadi salah satu tenaga
pengajarnya.
Wah, lumayan panjang ya,
perjalanan ku menuju PNS.
Readers masih betah nggak
membacanya?
Kalau udah pegel, boleh lah
bawa minuman, atau camilan ringan dulu.🙆
Ok, kita lanjutkan ceritanya. Qadarullah, TKIT sudah menerimaku, aku disuruh
melengkapi berkas-berkas. Dua hari kemudian aku dapat telpon dari Kepsek SDIT,
bahwa akupun diterima di sana.
Bingung?... Tentu saja aku
bingung, bagaimana aku harus memutuskan dua pekerjaan yang sama-sama
menerimaku.
Aku
istikhoroh dan minta pendapat ibu dan kakak-kakakku, dan akhirnya kuputuskan
mengundurkan diri dari TKIT sebelum menjadi guru di sana. Dan melanjutkan
langkahku menjadi guru di SDIT.
Tahun
pertama dipercayai menjadi Manajer Kelas I (2007-2008), tahun ke-2 pun masih
dipercayai Manajer Kelas I. Dan pada tahun inilah aku mengikuti test administrasi seleksi
masuk CPNS (2009)
Saat
itu kuiikuti 2 seleksi administasi, yaitu untuk jadi Penyuluh di Departemen Sosial Bandung Barat dan untuk menjadi Guru BK di Departemen Pendidikan Kabupaten Bandung. Ternyata tanpa disangka administrasi ku diterima oleh keduanya. Aku bingung lagi.... Sebenarnya, aku ingin ke departemen sosial, karena memang dari awal aku tidak berkeinginan menjadi
guru.
Aku istikhoroh...
Saat
itu kondisiku sedang hamil muda (sering muntah), tempat seleksi Bandung Barat
cukup jauh sementara tempat seleksi Kabupaten Bandung lumayan dekat dengan tempat
tinggalku waktu itu. Maka diputuskanlah untuk mengambil tes di Kabupaten
Bandung saja.
Bayangkan dengan kondisi hamil muda, mual, pusing, pengen muntah, saya dihadapkan dengan 100 soal lebih yang harus di isi. Ku jawab semua soal sambil menahan rasa mual, bahkan aku tak yakin apa jawabanku benar atau tidak. Pokonya Bismillah saja, kalau ini rejeki si “utun” (panggilan jabang bayi diperut, b.Sunda) pasti lulus, kalau tidak lulus pun tak apa. Begitu lah bisikan hatiku saat itu.
Selepas mengisi soal, akupun keluar ruangan tes disambut suami tercinta dan langsung pulang istirahat. Hari-hari berikutnya tinggal menunggu hasil sambil terus beraktivitas sebagai guru di SDIT. Tak ada keinginan menggebu untuk bisa lulus tes CPNS, jika lulus Alhamdulillah, tidak pun Alhamdulillah. Keyakinan bahwa Allah SWT akan selalu memberikan keputusan terbaik untuk hamba-Nya selalu jadi keyakinanku.
Bayangkan dengan kondisi hamil muda, mual, pusing, pengen muntah, saya dihadapkan dengan 100 soal lebih yang harus di isi. Ku jawab semua soal sambil menahan rasa mual, bahkan aku tak yakin apa jawabanku benar atau tidak. Pokonya Bismillah saja, kalau ini rejeki si “utun” (panggilan jabang bayi diperut, b.Sunda) pasti lulus, kalau tidak lulus pun tak apa. Begitu lah bisikan hatiku saat itu.
Selepas mengisi soal, akupun keluar ruangan tes disambut suami tercinta dan langsung pulang istirahat. Hari-hari berikutnya tinggal menunggu hasil sambil terus beraktivitas sebagai guru di SDIT. Tak ada keinginan menggebu untuk bisa lulus tes CPNS, jika lulus Alhamdulillah, tidak pun Alhamdulillah. Keyakinan bahwa Allah SWT akan selalu memberikan keputusan terbaik untuk hamba-Nya selalu jadi keyakinanku.
Dan
ternyata... Alhamdulillah aku lulus tes CPNS, aku diminta datang ke gedung yang ada dilingkungan PEMKAB untuk mengambil SK CPNS sekaligus mengetahui dimana aku ditugaskan (2009).
Di hari yang sudah ditentukan, aku sudah berada di gedung PEMKAB. Dengan pakaian rapi ala ibu hamil aku duduk disalah satu deretan kursi lipat "cheetos" bersama ratusan CPNS lainnya. Sementara bagian depan ruangan sudah berderet meja panjang dengan tumpukan map berisi SK CPNS.
Acara di buka oleh beberapa pejabat Dinas dengan sambutan-sambutannya, selanjutnya pemanggilan peserta CPNS. Panitia memanggil satu per satu CPNS untuk berjalan ke depan meja panjang yang ada dihadapan kami semua, menerima map yang isinya SK CPNS dan surat tugas dimana kita ditempatkan.
Setiap nama dipanggil, hatiku rasa berdebar keras, bertanya-tanya dimana kira-kira aku ditugaskan? Aku sadar sebagai CPNS harus bersedia dimana saja, maka satu yang kuharapkan adalah ditempatkan di sekolah yang rekan-rekan kerjanya baik dan saling mendukung.
Akhirnya namaku disebut, akupun melangkah ke depan menghampiri meja panjang dengan tumpukan map SK, panitia langsung menyerahkan satu map padaku dan memintaku menanda tangani form penerimaan SK. Setelah selesai, aku kembali ke kursi lipatku dan membuka map, ku cari nama sekolah yang ada di surat tugasku, di sana tertulis SMPN 3 Pangalengan. Sekolah nun jauh disana, jauh dari hingar bingar kota, sekolah ditengah perkebunan teh yang setiap pagi dan sorenya dipenuhi kabut. Teman-teman seperjuanganku yang sama-sama PNS menyebut sekolah ini sekolah “tungtung langit” (bhs.Sunda, ujung langit). Sementara aku lebih suka menyebutnya “Sekolah di atas Awan”
Di hari yang sudah ditentukan, aku sudah berada di gedung PEMKAB. Dengan pakaian rapi ala ibu hamil aku duduk disalah satu deretan kursi lipat "cheetos" bersama ratusan CPNS lainnya. Sementara bagian depan ruangan sudah berderet meja panjang dengan tumpukan map berisi SK CPNS.
Acara di buka oleh beberapa pejabat Dinas dengan sambutan-sambutannya, selanjutnya pemanggilan peserta CPNS. Panitia memanggil satu per satu CPNS untuk berjalan ke depan meja panjang yang ada dihadapan kami semua, menerima map yang isinya SK CPNS dan surat tugas dimana kita ditempatkan.
Setiap nama dipanggil, hatiku rasa berdebar keras, bertanya-tanya dimana kira-kira aku ditugaskan? Aku sadar sebagai CPNS harus bersedia dimana saja, maka satu yang kuharapkan adalah ditempatkan di sekolah yang rekan-rekan kerjanya baik dan saling mendukung.
Akhirnya namaku disebut, akupun melangkah ke depan menghampiri meja panjang dengan tumpukan map SK, panitia langsung menyerahkan satu map padaku dan memintaku menanda tangani form penerimaan SK. Setelah selesai, aku kembali ke kursi lipatku dan membuka map, ku cari nama sekolah yang ada di surat tugasku, di sana tertulis SMPN 3 Pangalengan. Sekolah nun jauh disana, jauh dari hingar bingar kota, sekolah ditengah perkebunan teh yang setiap pagi dan sorenya dipenuhi kabut. Teman-teman seperjuanganku yang sama-sama PNS menyebut sekolah ini sekolah “tungtung langit” (bhs.Sunda, ujung langit). Sementara aku lebih suka menyebutnya “Sekolah di atas Awan”
SMPN 3 Pangalengan (21Agustus 2015) |
Itulah
kisah perjalananku menjadi PNS, tak ada yang instan, semua butuh perjuangan dan
harus sabar menjalani proses. Biarlah Allah SWT yang memberi jalan, kita hanya
diwajibkan berikhtiar. Betul kan readers?
Semua
orang punya cita-cita, maka berikhtiarlah dan iringilah dengan doa. Karena kita
tak pernah tahu apa yang terbaik menurut Allah SWT untuk kita, dan kita tak
pernah tahu jalan hidup kita. Hanya Dia, hanya Allah saja yang Tahu.
Kuncinya: Cita-cita,
Ikhtiar, Doa, dan Tawakal
Ok, hari ini aku cukupkan tulisanku
sampai disini ya. Semoga bermanfaat...
Wassalam...
Semua sudah ada jatahnya masing-masing ya Kak. Barakallah untuk pekerjaannya. Aku sekarang ini sudah menikmati hidup meskipun tidak jadi PNS karena aku yakin semua orang sudah punya jalan ninja masing-masing.
ReplyDeletePNS atau bukan yang penting bahagia ya mba🥰
DeleteTerima kasih sudah berkunjung
Ada banyak orang yg menginginkan posisis PNS, tapi juga tidak kalah banyak yang menghindari profesi ini kalrena merasa bukan passionnya.
ReplyDeleteYa, semua orang berhak memilih ya mba.
DeleteDimana kita berada, jadi apapun kita yang utama adalah memberi manfaat sebanyak2nya buat orang.
Wallahu 'alam.
Terima kasih sudah berkunjung. 🥰
Barokalloh ya, Mbak. Semoga Allah memberkahi.
ReplyDeleteBelakangan ini akronimnya sudah berganti menjadi ASN ya, Mbak?
Selamat mengemban amanah ya, Mbak.
Semoga dimudahkan dalam menjalankan kewajiban dan aktivitas sehari-hari.
Iya yah jadi ASN🥰
DeleteMasha Allah, betul sekali ni kuncinya setelah berusaha adalah berdoa dan tawakal. Semoga berkah mba apa yg menjadi pekerjaan'y saat ini..
ReplyDeleteAamiin, Terima kasih mba ima doany dan sudah berkunjung disini 🥰
DeleteMasyaAllah. apapun itu harus dijalani totalitas dan senang hati ya mbak. banyak sekali yang ingin jadi PNS, salah satunya aku dahulu. tapi takdir dan jalan Allah siapa yang tahu.. ah salam kenal mbak warni.
ReplyDeleteBetul mba setuju sekali. Kita tak pernah tahu jalan hidup yang Allah SWT tentukan untuk kita. Kita hanya bisa berikhtiar dan tawakal saja.
DeleteSslam kenal juga mba🙏.
Terima kasih sudah berkunjung 🥰
Jadi ingat beberapa tahun lalu rajin banget ikut tes pns tapi ternyata rezekiku ada di perusahaan daerah. Heu
ReplyDeleteMungkin itulah yang terbaik menurut-Nya ya mba.
DeleteTerimakasih sudah berkunjung, 🥰
Keren Mbak... tahun 2009 aku masih SMA. Wkkwkwkw sukses terus perjalanan karirnya ya mbak. Ditunggu cerita selanjutnya
ReplyDelete2009 , 😊
DeleteTerimakasih mba🥰
Wah mbak, apakah jadi berjauhan dengan suami menerima posisi PNS nya?
ReplyDeleteBegitulah, jika kita ikhtiar sambil berserah diri (Terserah Allah) malah dapat. Alhamdulillah
Iya... kami berjauhan. Saya ngontrak di daerah dekat sekolah. Week end suami full libur dikontrakan.
DeleteAlhamdulillah tahun 2016 sudah bisa mutasi ke tempat yang lebih dekat dengan rumah kami.
Btw Terima kasih mba sudah berkunjung🥰
Membayangkan negeri diatas awan mbak, itu apalagi sekolah, Ya Allah seger banget, nyaman banget pastinya ya mbak suasananya. Back to the topic. Yes! Benar mbak hasil itu berbanding lurus dengan usaha² yang kita tempuh
ReplyDeleteIya... Dulu saya tak percaya ada negri di atas awan, saat saya di tempatkan di sekolah ini baru saya tahu maksud "diatas awan" Itu ya benar2 kayak awan di sekeliling kita.
DeleteKadang jarak pandang kita hanya 100 m. Udara nya segar saat suhu normal, kalau sudah musim hujan rasanya di dalam kulkas 🤭
Yups, jangan lelah berusaha.
Terima kasih sudah berkunjung 🥰
Masya allah luar biasa perjalanan meraih sukses. Doain semoga nular ya mba, sy baru lulus skd dan skrg sy lagi menunggu jadwal tes SKB.
ReplyDeleteSemoga sukses dan mendapat hasil yang diharapkan.
DeleteSemangat...!
Terimakasih sudah mampir 🥰
Jadi guru BK di sebuah SMP pasti bukan pekerjaan mudah ya, Mbak. Tapi InsyaAllah adalah jalan terbaik yang diberikan Allah saat ini. Barakallah, Mbak Warniati.
ReplyDeleteYups. Perjuangan juga mengelola jiwa karena ternyata saya punya passion yang lain.
DeleteAamiin, Terima kasih mba Alfa🥰
Semoga amanah ya Mbak mengemban tugas dan dimudahkan segalanya. Aku pun ASN sebagai tenaga edukatif. Agak membingungkan nih di masa pandemi ini. Semua harus online dan kita harus meningkatkan kompetensi sendiri supaya tugas berjalan lancar...
ReplyDeleteWaah... Ternyata kita sama ya mba.
ReplyDeleteIya masa pandemi menuntut kita lebih kreatif agar hak siswa terhadap pendidikan masih mereka dapatkan.
Semoga pandemi ini cepat berlalu. Aamiin.
Luar biasa perjuangannya ya mbak...
ReplyDeleteMemang harus selalu ihthiar, doa dan tawakal ya
Yups!
DeleteTerima kasih mba sudah berkunjung 🥰
Barakallah mbak... asyik kayaknya kerja di tempat yang masih sejuk gitu ya,hehe, sampai disebut "ujung langit". Sukses terus ya mbak :D
ReplyDeleteTerimakasih mba doanya dan sudah mampir di sini 🥰
DeletePanjang Juga ya mbak perjalanannya. Kaya aku nggak mau ngajar karena di keluargaku trah guru semua. Pada akhirnya Setelah lulus kuliah kerjanya jadi guru. Tapi sekarnag udah nggak sih. Karena memang nggak passion mengajar.. hehe
ReplyDeleteWah... Kita sama ya mba.
DeleteSukses selalu ya mba, dan Terima kasih sudah mampir di sini 🥰
Ketika tau ditempatkan di sekolah yang jauh banget gitu, gimana mba rasanya? Kaget, gembira, atau gimana? Karena kan kayaknya ga biasa pergi jauh gitu ya.
ReplyDeleteTentu saja saya bingung, walaupun sejak SMA sampe kuliah suka naik gunung sama kemping di tempat dingin. Tapi kalau harus menetap, benar2 saya merasa ragu, bisa bertahan tidak.
DeleteJadi dijalani saja sambil berusaha mengajukan mutasi.
Alhamdulillah tahun 2016 saya bisa mutasi ke tempat yang lebih dekat dengan rumah 😊.
Semua memang butuh proses ya mba, dan jangan berhenti berharap.
Btw, Terima kasih mba sudah berkunjung 🥰
Saya jadi teringat keluarga saya juga mba, om, sepupu-sepupu. kakak dan adik-adik saya semuanya guru, hanya saya yang anti mainstream di kalangan keluarga, meskipun sebenarnya mepet-mepet juga kerja di bidang pendidikan, tapi skill saya hanya untuk ngebantu para pengajar saja 😂 anti banget kalo harus jadi guru, soalnya gak punya bakat dan passion sama sekali di bidang itu 😅😁
ReplyDeleteKarena setiap lowongan menjadi tenaga pengajar selalu terbuka, itu bisa berarti bahwa saat ini Indonesia memang sedang membutuhkan banyak tenaga pengajar, karena taraf pendidikan di Indonesia yang juga terus meningkat. 😁
Pangalengan? Saya jadi teringat seorang teman akrab disini yang beberapa tahun lalu pindah ke kampung halamannya. Pernah berjanji suatu hari bisa kesana. Setelah baca tulisan ini, saya makin penasaran pengen bertualang kesana. 😁
Ayo mba kapan2 main ke pangalengan, merasakan suasana pagi yang dingin menusuk tulang.
DeletePegang air bak, kayak air es di dalam kulkas.
🥶🥶🥶
Meski sudah bertahun2 dinas di pangalengan, tetep saja nggak kuat sama dinginnya.
Beruntung tahun 2016 saya mutasi ke daerah yang lebih hangat ☺
Alhamdulillah dimana pun kita berada, nikmati saja. Insya Allah, semua yang kita Terima saat ini adalah yang terbaik menurut-Nya.