Thursday, 2 July 2020

Lika-liku Perjalanan Menjadi PNS / ASN (Aparatur Sipil Negara)


          Assalamu’alaikum readers, gimana kabar semua? Semoga sehat selalu, meski kita masih di tengah wabah corona. Semoga wabah ini cepat berlalu. Aamiin.

          Ngomong-gomong tentang  “berlalu,” aku punya kenangan tentang masa lalu yang ingin kutulis hari ini. Kenangan perjalananku menjadi seorang PNS.

          Terus terang, aku tidak pernah punya cita-cita menjadi seorang PNS. Menjadi seorang guru SMP pun tidak pernah terfikirkan, bahkan waktu kecil aku bertekad kalau sudah besar tidak mau jadi guru karena sebagian besar kakakku berprofesi guru. Bahkan ayahku pun seorang Kaur TU di salah satu SMAN di Bandung, saat itu.

          Namun perjalanan hidup tidak ada yang tahu. Awal mula aku berkenalan dengan dunia KBM (kegiatan belajar megajar) adalah saat aku dipercayakan mengajar mengaji  anak usia kelas 6 SD di MDA Nurul Iman, saat itu aku masih duduk di kelas 1 SMA. 

Sebenarnya, agak malas juga mengajar... Hanya karena waktu itu MDA membutuhkan sekali pengajar. Sementara ayahku menjadi kepala sekolahnya, dan semua kakakku mengajar di sana pula. Maka dengan terpaksa aku menjalaninya.
Sampai akhirnya aku kuliah di IAIN SGD, karena kesibukan di kampus (berangkant jam 5.30 pagi, dan  baru sampai rumah Magrib menjelang Isya) , akhirnya mengajar di MDA dilepas.
Terputuskah disana?... ternyata tidak.

          Selepas kuliah S1, lulus dengan gelar S.Sos.I., kembali aku mengajar di Nurul Iman, namun kali ini mengajar di tingkat TK nya, yaitu TKA Nurul Iman, dimana Kepala Sekolahnya adalah kakakku yang nomor 5. Saat mengajar di TK inilah, datang brosur kuliah beasiswa PGTKA di YASBIQ – Bandung. Iseng-iseng daftar dan mengikuti seleksi, Alhamdulillah lulus, aku dapat beasiswa kuliah disana selama 2 tahun. Kuliah hanya sabtu dan ahad. Senin sampai Jum’at mengajar di TK Nurul Iman, semua berjalan seperti air mengalir, sambil selalu berusaha mencari profesi lain selain guru.

Aku pernah mencoba melamar ke beberapa Rumah Sakit di Bandung lewat pos, melamar sebagai WAROIS (perawat rohani islam), salah satu prosfek pekerjaan yang ditawarkan jurusanku. Namun entah sampai apa tidak suratnya, atau memang harus melamar langsung ke tempatnya. Yang jelas aku tidak pernah mendapat surat panggilan bekerja dari RS yang kukirimkan surat lamarannya.

Tahun ke 3 dari kelulusan S1 ku, aku diminta kakak ke-3 mengajar di TK nya yang berada di Kabupaten Bandung, karena beliau sedang hamil muda. Akhirnya pergilah aku dari kota Bandung ke Kabupaten Bandung.
Menjadi guru TK bukanlah cita-citaku, tapi entahlah seakan hanya jalan ini yang terbuka untukku saat itu.
Kujalani hari-hariku menjadi guru TK, sambil terus ikhtiar melamar via pos (karena jaman itu, belum ramai lamaran via online). Hanya kurang lebih 6 bulan aku mengajar di TK ini, karena keburu ada panggilan kerja di TKIT-Bandung dan SDIT-Cimahi. Lagi-lagi hanya “sekolah” yang menerima lamaran kerjaku, tapi tak apalah.

Aku ikuti beberapa tahap seleksi menjadi guru di kedua sekolah ini, karena aku tak pernah tahu sekolah mana yang akan menerimaku menjadi salah satu tenaga pengajarnya.

Wah, lumayan panjang ya, perjalanan ku menuju PNS.
Readers masih betah nggak membacanya?
Kalau udah pegel, boleh lah bawa minuman, atau camilan ringan dulu.🙆

Ok, kita lanjutkan ceritanya. Qadarullah, TKIT sudah menerimaku, aku disuruh melengkapi berkas-berkas. Dua hari kemudian aku dapat telpon dari Kepsek SDIT, bahwa akupun diterima di sana.
Bingung?... Tentu saja aku bingung, bagaimana aku harus memutuskan dua pekerjaan yang sama-sama menerimaku.

Aku istikhoroh dan minta pendapat ibu dan kakak-kakakku, dan akhirnya kuputuskan mengundurkan diri dari TKIT sebelum menjadi guru di sana. Dan melanjutkan langkahku menjadi guru di SDIT.

Tahun pertama dipercayai menjadi Manajer Kelas I (2007-2008), tahun ke-2 pun masih dipercayai Manajer Kelas I. Dan pada tahun  inilah aku mengikuti test administrasi seleksi masuk CPNS (2009)

Saat itu kuiikuti 2 seleksi administasi, yaitu untuk jadi Penyuluh di Departemen Sosial Bandung Barat dan untuk menjadi Guru BK di Departemen Pendidikan Kabupaten Bandung. Ternyata tanpa disangka administrasi ku diterima oleh keduanya. Aku bingung lagi.... Sebenarnya, aku ingin ke departemen sosial, karena memang dari awal aku tidak berkeinginan menjadi guru.
Aku istikhoroh...

Saat itu kondisiku sedang hamil muda (sering muntah), tempat seleksi Bandung Barat cukup jauh sementara tempat seleksi Kabupaten Bandung lumayan dekat dengan tempat tinggalku waktu itu. Maka diputuskanlah untuk mengambil tes di Kabupaten Bandung saja. 

Bayangkan dengan kondisi hamil muda, mual, pusing, pengen muntah, saya dihadapkan dengan 100 soal lebih yang harus di isi. Ku jawab semua soal sambil menahan rasa mual, bahkan aku tak yakin apa jawabanku benar atau tidak. Pokonya Bismillah saja, kalau ini rejeki si “utun” (panggilan jabang bayi diperut, b.Sunda) pasti lulus, kalau tidak lulus pun tak apa. Begitu lah bisikan hatiku saat itu.

Selepas mengisi soal, akupun keluar ruangan tes disambut suami tercinta dan langsung pulang istirahat. Hari-hari berikutnya tinggal menunggu hasil sambil terus beraktivitas sebagai guru di SDIT. Tak ada keinginan menggebu untuk bisa lulus tes CPNS, jika lulus Alhamdulillah, tidak pun Alhamdulillah. Keyakinan bahwa Allah SWT akan selalu memberikan keputusan terbaik untuk hamba-Nya selalu jadi keyakinanku.

Dan ternyata... Alhamdulillah aku lulus tes CPNS, aku diminta datang ke gedung yang ada dilingkungan PEMKAB untuk mengambil SK CPNS sekaligus mengetahui dimana aku ditugaskan (2009).

Di hari yang sudah ditentukan, aku sudah berada di gedung PEMKAB. Dengan pakaian rapi ala ibu hamil aku duduk disalah satu deretan kursi lipat "cheetos" bersama ratusan CPNS lainnya. Sementara bagian depan ruangan sudah berderet meja panjang dengan tumpukan map berisi SK CPNS. 

Acara di buka oleh beberapa pejabat Dinas dengan sambutan-sambutannya, selanjutnya pemanggilan peserta CPNS. Panitia memanggil satu per satu CPNS untuk berjalan ke depan meja panjang yang ada dihadapan kami semua, menerima map yang isinya SK CPNS dan surat tugas dimana kita ditempatkan.

Setiap nama dipanggil, hatiku rasa berdebar keras, bertanya-tanya dimana kira-kira aku ditugaskan? Aku sadar sebagai CPNS harus bersedia dimana saja, maka satu yang kuharapkan adalah ditempatkan di sekolah yang rekan-rekan kerjanya baik dan saling mendukung.

Akhirnya namaku disebut, akupun melangkah ke depan menghampiri meja panjang dengan tumpukan map SK, panitia langsung menyerahkan satu map padaku dan memintaku menanda tangani form penerimaan SK. Setelah selesai, aku kembali ke kursi lipatku dan membuka map, ku cari nama sekolah yang ada di surat tugasku, di sana tertulis SMPN 3 Pangalengan. Sekolah nun jauh disana, jauh dari hingar bingar kota, sekolah ditengah perkebunan teh yang setiap pagi dan sorenya dipenuhi kabut. Teman-teman seperjuanganku yang sama-sama PNS menyebut sekolah ini sekolah “tungtung langit” (bhs.Sunda, ujung langit). Sementara aku lebih suka menyebutnya “Sekolah di atas Awan”


SMPN 3 Pangalengan (21Agustus 2015) 

Itulah kisah perjalananku menjadi PNS, tak ada yang instan, semua butuh perjuangan dan harus sabar menjalani proses. Biarlah Allah SWT yang memberi jalan, kita hanya diwajibkan berikhtiar. Betul kan readers?

Semua orang punya cita-cita, maka berikhtiarlah dan iringilah dengan doa. Karena kita tak pernah tahu apa yang terbaik menurut Allah SWT untuk kita, dan kita tak pernah tahu jalan hidup kita. Hanya Dia, hanya Allah saja yang Tahu.

Kuncinya: Cita-cita, Ikhtiar, Doa, dan Tawakal

Ok, hari ini aku cukupkan tulisanku sampai disini ya. Semoga bermanfaat...
Wassalam...

34 comments:

  1. Semua sudah ada jatahnya masing-masing ya Kak. Barakallah untuk pekerjaannya. Aku sekarang ini sudah menikmati hidup meskipun tidak jadi PNS karena aku yakin semua orang sudah punya jalan ninja masing-masing.

    ReplyDelete
    Replies
    1. PNS atau bukan yang penting bahagia ya mba🥰

      Terima kasih sudah berkunjung

      Delete
  2. Ada banyak orang yg menginginkan posisis PNS, tapi juga tidak kalah banyak yang menghindari profesi ini kalrena merasa bukan passionnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, semua orang berhak memilih ya mba.

      Dimana kita berada, jadi apapun kita yang utama adalah memberi manfaat sebanyak2nya buat orang.

      Wallahu 'alam.

      Terima kasih sudah berkunjung. 🥰

      Delete
  3. Barokalloh ya, Mbak. Semoga Allah memberkahi.

    Belakangan ini akronimnya sudah berganti menjadi ASN ya, Mbak?

    Selamat mengemban amanah ya, Mbak.
    Semoga dimudahkan dalam menjalankan kewajiban dan aktivitas sehari-hari.

    ReplyDelete
  4. Masha Allah, betul sekali ni kuncinya setelah berusaha adalah berdoa dan tawakal. Semoga berkah mba apa yg menjadi pekerjaan'y saat ini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, Terima kasih mba ima doany dan sudah berkunjung disini 🥰

      Delete
  5. MasyaAllah. apapun itu harus dijalani totalitas dan senang hati ya mbak. banyak sekali yang ingin jadi PNS, salah satunya aku dahulu. tapi takdir dan jalan Allah siapa yang tahu.. ah salam kenal mbak warni.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mba setuju sekali. Kita tak pernah tahu jalan hidup yang Allah SWT tentukan untuk kita. Kita hanya bisa berikhtiar dan tawakal saja.

      Sslam kenal juga mba🙏.
      Terima kasih sudah berkunjung 🥰

      Delete
  6. Jadi ingat beberapa tahun lalu rajin banget ikut tes pns tapi ternyata rezekiku ada di perusahaan daerah. Heu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin itulah yang terbaik menurut-Nya ya mba.

      Terimakasih sudah berkunjung, 🥰

      Delete
  7. Keren Mbak... tahun 2009 aku masih SMA. Wkkwkwkw sukses terus perjalanan karirnya ya mbak. Ditunggu cerita selanjutnya

    ReplyDelete
  8. Wah mbak, apakah jadi berjauhan dengan suami menerima posisi PNS nya?
    Begitulah, jika kita ikhtiar sambil berserah diri (Terserah Allah) malah dapat. Alhamdulillah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... kami berjauhan. Saya ngontrak di daerah dekat sekolah. Week end suami full libur dikontrakan.
      Alhamdulillah tahun 2016 sudah bisa mutasi ke tempat yang lebih dekat dengan rumah kami.

      Btw Terima kasih mba sudah berkunjung🥰

      Delete
  9. Membayangkan negeri diatas awan mbak, itu apalagi sekolah, Ya Allah seger banget, nyaman banget pastinya ya mbak suasananya. Back to the topic. Yes! Benar mbak hasil itu berbanding lurus dengan usaha² yang kita tempuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... Dulu saya tak percaya ada negri di atas awan, saat saya di tempatkan di sekolah ini baru saya tahu maksud "diatas awan" Itu ya benar2 kayak awan di sekeliling kita.

      Kadang jarak pandang kita hanya 100 m. Udara nya segar saat suhu normal, kalau sudah musim hujan rasanya di dalam kulkas 🤭

      Yups, jangan lelah berusaha.
      Terima kasih sudah berkunjung 🥰

      Delete
  10. Masya allah luar biasa perjalanan meraih sukses. Doain semoga nular ya mba, sy baru lulus skd dan skrg sy lagi menunggu jadwal tes SKB.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga sukses dan mendapat hasil yang diharapkan.

      Semangat...!

      Terimakasih sudah mampir 🥰

      Delete
  11. Jadi guru BK di sebuah SMP pasti bukan pekerjaan mudah ya, Mbak. Tapi InsyaAllah adalah jalan terbaik yang diberikan Allah saat ini. Barakallah, Mbak Warniati.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yups. Perjuangan juga mengelola jiwa karena ternyata saya punya passion yang lain.

      Aamiin, Terima kasih mba Alfa🥰

      Delete
  12. Semoga amanah ya Mbak mengemban tugas dan dimudahkan segalanya. Aku pun ASN sebagai tenaga edukatif. Agak membingungkan nih di masa pandemi ini. Semua harus online dan kita harus meningkatkan kompetensi sendiri supaya tugas berjalan lancar...

    ReplyDelete
  13. Waah... Ternyata kita sama ya mba.
    Iya masa pandemi menuntut kita lebih kreatif agar hak siswa terhadap pendidikan masih mereka dapatkan.

    Semoga pandemi ini cepat berlalu. Aamiin.

    ReplyDelete
  14. Luar biasa perjuangannya ya mbak...
    Memang harus selalu ihthiar, doa dan tawakal ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yups!

      Terima kasih mba sudah berkunjung 🥰

      Delete
  15. Barakallah mbak... asyik kayaknya kerja di tempat yang masih sejuk gitu ya,hehe, sampai disebut "ujung langit". Sukses terus ya mbak :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih mba doanya dan sudah mampir di sini 🥰

      Delete
  16. Panjang Juga ya mbak perjalanannya. Kaya aku nggak mau ngajar karena di keluargaku trah guru semua. Pada akhirnya Setelah lulus kuliah kerjanya jadi guru. Tapi sekarnag udah nggak sih. Karena memang nggak passion mengajar.. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah... Kita sama ya mba.

      Sukses selalu ya mba, dan Terima kasih sudah mampir di sini 🥰

      Delete
  17. Ketika tau ditempatkan di sekolah yang jauh banget gitu, gimana mba rasanya? Kaget, gembira, atau gimana? Karena kan kayaknya ga biasa pergi jauh gitu ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tentu saja saya bingung, walaupun sejak SMA sampe kuliah suka naik gunung sama kemping di tempat dingin. Tapi kalau harus menetap, benar2 saya merasa ragu, bisa bertahan tidak.

      Jadi dijalani saja sambil berusaha mengajukan mutasi.

      Alhamdulillah tahun 2016 saya bisa mutasi ke tempat yang lebih dekat dengan rumah 😊.

      Semua memang butuh proses ya mba, dan jangan berhenti berharap.

      Btw, Terima kasih mba sudah berkunjung 🥰

      Delete
  18. Saya jadi teringat keluarga saya juga mba, om, sepupu-sepupu. kakak dan adik-adik saya semuanya guru, hanya saya yang anti mainstream di kalangan keluarga, meskipun sebenarnya mepet-mepet juga kerja di bidang pendidikan, tapi skill saya hanya untuk ngebantu para pengajar saja 😂 anti banget kalo harus jadi guru, soalnya gak punya bakat dan passion sama sekali di bidang itu 😅😁

    Karena setiap lowongan menjadi tenaga pengajar selalu terbuka, itu bisa berarti bahwa saat ini Indonesia memang sedang membutuhkan banyak tenaga pengajar, karena taraf pendidikan di Indonesia yang juga terus meningkat. 😁

    Pangalengan? Saya jadi teringat seorang teman akrab disini yang beberapa tahun lalu pindah ke kampung halamannya. Pernah berjanji suatu hari bisa kesana. Setelah baca tulisan ini, saya makin penasaran pengen bertualang kesana. 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo mba kapan2 main ke pangalengan, merasakan suasana pagi yang dingin menusuk tulang.

      Pegang air bak, kayak air es di dalam kulkas.

      🥶🥶🥶

      Meski sudah bertahun2 dinas di pangalengan, tetep saja nggak kuat sama dinginnya.

      Beruntung tahun 2016 saya mutasi ke daerah yang lebih hangat ☺

      Alhamdulillah dimana pun kita berada, nikmati saja. Insya Allah, semua yang kita Terima saat ini adalah yang terbaik menurut-Nya.

      Delete

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...