Wednesday, 23 October 2019

Bahagiakah dirimu...


Bahagiakan dirimu…

Hidup di dunia hanya satu kali, semua orang tahu dan pasti menyadarinya. Tapi apakah semua orang sudah mendapatkan kebahagiaan saat  ia hidup di dunia, padahal dia tahu hidupnya di dunia hanya satu kali?
Jawabannya,  tidak semua. Dahulu ada seorang putri bangsawan yang ditinggalkan harta kekayaan oleh orang tuanya dengan sangat berlimpah. Sewajarnya sang putri merasa bahagia , tapi nyatanya tidak. Ia malah hidup tak menentu, menikah dengan beberapa laki-laki seumur hidupnya, karena pernikahan yang tak ia jalani tak pernah bertahan lama, paling lama usia pernikahannya hanya 1 tahun.
Atau contoh lain seorang aktor Yahudi terkenal bernama Anwar Wajd pernah berseloroh pada istrinya, “Andai saja aku punya uang sebanyak 1 juta poundsterling (mata uang Inggris), maka aku kan bahagia walaupun harus menderita suatu penyakit” Ketika ditanya istrinya,”Untuk apa uang sebanyak itu”, Wajd berkata, “sebagian uang itu akan kugunakan untuk berobat dan sisanya akan kugunakan untuk membeli kebahagiaan.”
Subhanallah, tak lama kemudian cita-cita Wajd tercapai, ia mendapatkan uang lebih dari 1 juta poundsterling, tapi mendadak ia terserang penyakit kanker hati, dan  uangnya habis untuk berobat, sedang sakitnya tak kunjung sembuh sampai akhirnya ia meninggal dengan penuh penyesalan.
Dua kisah nyata tadi, membuat kita berfikir, Jika harta dan keturunan tidak memberikan kebahagiaan, lalu  dimanakah letak kebahagiaan? Bagaimana cara mendapatkannya?
Baca dan renungkan syair nashied berikut ini:
Semua manusia memburu
ketenangan dan kebahagiaan
Karena ia fitrah semula jadi manusia
Dimana ketenangan dan dimana bahagia
Pada harta, pangkat, dan kuasa
Atau pada kecantikan wanita

Kalau disitulah kebahagiaan
Mengapakah jutawan berpenyakit jiwa
Kenapa yang berpangkat
Pemarah dan beremosi saja
Mengapa yang punya kuasa


 Berkrisis senantiasa
Mengapa gila wanita, selalu kecewa

Dimana Ketenangan
Dimana Kebahagiaan manusia
Sudah lama manusia
Mencari tiada jumpa
Terumbang ambinglah mereka
Ditengah kemodernan hidupnya canggih
Tapi jiwanya terkikis sedih

Manusia kehilangan kebahagiaan
Walau senantiasa memburunya
Yang disangka bahagia
Itu rupanya, mengecewakan
Harta, pangkat dan kuasa jua wanita
Semuanya menipunya
Manusia kecewa dimana-mana

Dimana ketenangan
Dimana kebahagiaan manusia
Ya Allah itulah Tuhan
Sumber kebahagiaan
Kenali dan Cintailah Allah
Karena Allah mencintai kita
Cintakan Allah, tiada kecewa

Berimanlah kepada-Nya
Dan sembahlah Dia
Ikutilah syariat-Nya
Tawakallah pada-Nya
Mintalah kepada-Nya
Berbaik sangkalah kepada-Nya

Itulah penenang jiwa

Obat jiwa yang lara
Nikmat bahagia pasti di rasa

Memang benar manusia pada fitrahnya selalu mencari kebahagiaan, namun kebanyakan mereka salah mengartikan kebahagian. Mereka mengira harta, pangkat, kekuasaan dan kecantikan wanita bisa  memberi kebahagiaan.
Nyatanya apa yang mereka kejar selama ini hanya menyisakan penderitaan dan kekecewaan, namun walau begitu kebanyakan manusia pura-pura tidak tahu akan kekeringan ruhani dan kepedihan hati karena kebahagiaan hakiki tak pernah mereka dapatkan. 
Jika saja mereka mau menyisihkan waktu untuk merenung. Jika saja mereka mengkhusyukan diri dihadapan Rabbnya, maka kebahagiaan itu sebenarnya sudah bisa mereka dapatkan.
Karena, pada hakikatnya kebahagian itu ada digenggaman Allah, maka untuk mendapatkannya kita tinggal memintanya pada Allah .
Bagaimana cara meminta kebahagiaan itu? Tentu dengan mengenal dan mencintai Allah. Sang Pemilik Kebahagiaan, Sang Pemilik Cinta yang tak akan pernah mengecewakan orang-orang yang mencintai-Nya
Mencintai-Nya dengan cara beriman dan selalu beribadah pada-Nya. Mengikuti syariat-Nya, bertawakal dan meminta hanya kepada-Nya, serta berbaik sangka kepada-Nya. Jika semua ini dilakukan, maka kebahagiaan hakiki itu bisa kita dapatkan, Insya Allah.
Wallahu ‘alam (WS ‘08)

Tulisan ini pernah dimuat di bulletin Tausiyah, tahun 2008

2 comments:

  1. Masha Allah, bahagia itu sebenarnya ada di dekat kita ya, yang perlu kita lakukan hanyalah bersyukur kepadaNya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setujuuuuuuu... Trimakasih mba sudah mampir:)

      Delete

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...