Wednesday, 3 June 2020

Kala Wanita Jadi Bunga Desa (part 2)


Lalu dimanakah letak ketidak-mudahan akhwat ketika menjadi Bunga Desa?

1. Saat Ke-taknyamanan itu datang

           Seorang akhwat Bunga Desa akan merasa tidak nyaman disaat para kumbang “mendekatinya.” Terjadi sebuah dilema antara fitrahnya sebagai wanita (menyukai seorang pria) dengan rasa takut jika pertahanan hijabnya luntur bahkan tak tersisa.

           Karena itu, akhwat sejati akan berusaha sepenuh hati untuk tidak menjadi pusat perhatian dan menghindari TP (Tebar Pesona), bahkan berusaha sekuat tenaga agar bisa seminimal mungkin berinteraksi dengan ikhwan.

       Disaat ia memang harus berinteraksi dengan ikhwan, karena ikatan profesi atau organisasi misalnya, maka akhwat sejati akan bersikap profesional dengan tidak terlalu banyak bicara, berbicara sesuai yang diperlukan, menegaskan suara, menjaga pandangan, bahkan sampai memakai tabir jika perlu.

         Segala usaha akhwat sejati ini memang patut kita angkat jempol, dimana segala usaha ia lakukan agar bisa meredam fitnah dari dirinya, dan ia lakukan itu hanya untuk Allah, karena Allah telah menentukan aturan khusus untuknya.

       Allah SWT berfirman, Katakanlah pada wanita beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang beriman agar kamu beruntung” (QS An-Nuur: 31)

            Namun berbeda halnya jika pertahanan akhwat Bunga Desa itu lemah, maka saat seperti ini akan membuat imannya goyah, ditambah jika ada para ITONG / Ikhwan Sepotong (sebutan untuk ikhwan yang “nakal”) yang sengaja atau tidak, seringkali melemparkan sindir sampir, mengungkap kekaguman ataupun perhatiannya pada akhwat yang bukan muhrimnya. Maka saat itu pula, Si akhwat tumbang, bahkan terkena VMJ (Virus Merah Jambu) dan bahayanya hal ini akan  berujung pada gelar ATONG / Akhwat Sepotong (sebutan untuk akhwat yang rusak “hijab”nya), bicaranya tidak terkontrol, cenderung TP, dan pertahanan hijab jebol. Naudzubillahi min dzalik.

Tarbiyah yang selama ini diikuti pun seakan tidak ada efeknya ketika akhwat dengan pertahanan hijab yang lemah “diganggu” para ITONG (tersenyumlah saat membaca istilah ITONG dan ATONG ini, tapi itulah kenyataannya. Gelar itu ada dan tidak sedikit jumlahnya).

Maka sewajarnya, seluruh ikhwan dan akhwat yang sudah mengikuti tarbiyah, menyadari benar akan kedudukannya dan lebih memperkokoh pertahanan hijabnya, ketika usia telah baligh dan beranjak dewasa.


Catt:
akhwat : sebutan.tuk wanita muslimah
Ikhwan : sebutan tuk laki-laki muslim
tarbiyah: pengajian mingguan


No comments:

Post a Comment

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...