Lalu
dimanakah letak ketidak-mudahan akhwat ketika menjadi Bunga Desa?
1. Saat
Ke-taknyamanan itu datang
Seorang akhwat Bunga Desa akan
merasa tidak nyaman disaat para kumbang
“mendekatinya.” Terjadi sebuah dilema antara fitrahnya sebagai wanita (menyukai
seorang pria) dengan rasa takut jika pertahanan hijabnya luntur bahkan tak
tersisa.
Karena itu, akhwat sejati akan
berusaha sepenuh hati untuk tidak menjadi pusat perhatian dan menghindari TP
(Tebar Pesona), bahkan berusaha sekuat tenaga agar bisa seminimal mungkin
berinteraksi dengan ikhwan.
Disaat ia memang harus berinteraksi
dengan ikhwan, karena ikatan profesi atau organisasi misalnya, maka akhwat
sejati akan bersikap profesional dengan tidak terlalu banyak bicara, berbicara
sesuai yang diperlukan, menegaskan suara, menjaga pandangan, bahkan sampai
memakai tabir jika perlu.
Segala usaha akhwat sejati ini
memang patut kita angkat jempol, dimana segala usaha ia lakukan agar bisa
meredam fitnah dari dirinya, dan ia lakukan itu hanya untuk Allah, karena Allah
telah menentukan aturan khusus untuknya.
Allah SWT berfirman, Katakanlah pada
wanita beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah
mereka menutup kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya
(auratnya) kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, ayah suami mereka, atau
putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra
saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau hamba sahaya yang
mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan, dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang
beriman agar kamu beruntung” (QS An-Nuur: 31)
Namun berbeda halnya jika pertahanan
akhwat Bunga Desa itu lemah, maka saat seperti ini akan membuat imannya goyah,
ditambah jika ada para ITONG / Ikhwan Sepotong (sebutan untuk ikhwan yang
“nakal”) yang sengaja atau tidak, seringkali melemparkan sindir sampir, mengungkap kekaguman ataupun perhatiannya pada
akhwat yang bukan muhrimnya. Maka saat itu pula, Si akhwat tumbang, bahkan
terkena VMJ (Virus Merah Jambu) dan bahayanya hal ini akan berujung pada gelar ATONG / Akhwat Sepotong
(sebutan untuk akhwat yang rusak “hijab”nya), bicaranya tidak terkontrol, cenderung
TP, dan pertahanan hijab jebol. Naudzubillahi min dzalik.
Tarbiyah
yang selama ini diikuti pun seakan tidak ada efeknya ketika akhwat dengan
pertahanan hijab yang lemah “diganggu” para ITONG (tersenyumlah saat membaca istilah ITONG dan ATONG ini, tapi itulah
kenyataannya. Gelar itu ada dan tidak sedikit jumlahnya).
Maka
sewajarnya, seluruh ikhwan dan akhwat yang sudah mengikuti tarbiyah, menyadari
benar akan kedudukannya dan lebih memperkokoh pertahanan hijabnya, ketika usia
telah baligh dan beranjak dewasa.
Catt:
akhwat : sebutan.tuk wanita muslimah
Ikhwan : sebutan tuk laki-laki muslim
tarbiyah: pengajian mingguan
No comments:
Post a Comment