Thursday, 24 October 2019

Motivasi Belajar


Gairah Belajarnya Tumbuh Kembali

  
Anak yang unik, itulah yang  saya sematkan padanya. Sebut saja Feri namanya,  5 tahun usianya saat masuk SD , dia termasuk anak yang cerdas dengan IQ diatas rata-rata. Dia termasuk anak yang bersemangat dalam belajar, namun entah kenapa naluri saya berkata “Ada sedikit masalah yang disembunyikannya” saya melihat ada ketidak nyamanan dalam dirinya walaupun waktu itu saya belum tahu apa yang membuatnya tidak nyaman.
Orang bilang insting itu jangan dianggap angin lalu,  itulah yang saya dapatkan saat mengenal dan menjadi guru Feri. Feri yang diawal pembelajaran saya nilai sebagai anak yang sangat semangat dalam belajar dengan tingkat kemampuan komunikasi yang bagus, menginjak bulan ke 3 masa pembelajaran, dia mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dia alami bukan kesulitan belajar akademik, tetapi kesulitan belajar sosialisasi, dia sulit untuk melakukan pertemanan, dia lebih senang berkomunikasi dengan gurunya ketimbang dengan teman-temannya.
Suatu hari Feri bercerita. “Bu Warni, tadi pagi Feri males dateng ke Sekolah loh. Feri malas belajar.” Saat itu saya tidak menanggapinya dengan serius, bahkan cenderung tidak memperhatikan, karena saat Feri bercerita, saya sedang disibukkan dengan acara pengumpulan tugas anak-anak.
Keesokan harinya Feri datang terlambat dengan diantar oleh kedua orang tuanya. Ibunya mengantarkan Feri sampai didepan pintu kelas, saya pun menyambutnya dengan senyuman dan mengajaknya masuk ke dalam kelas, anehnya Feri malah bersembunyi dibelakang ibunya. Hal ini membuat saya bertanya-tanya, mungkinkah insting saya kini menjadi kenyataan, benarkah ada masalah dalam diri Feri?
Saat itu ibu Feri langsung menceritakan bagaimana susah payahnya ia membawa Feri ke Sekolah. Dan saya bisa membayangkannya, setidaknya itu bisa dilihat dari penolakan Feri pada saya ketika saya mengajaknya masuk kedalam kelas.
Setelah mendengarkan cerita dari Ibu Feri, saya langsung mengajak Feri untuk menceritakan semuanya pada saya kenapa dia tidak mau sekolah? Setidaknya saya tahu kalau dia sangat senang menceritakan segala sesuatu pada gurunya.
Sekitar 10 menit “perjuangan” bujuk-membujuk dan rayu merayu Feri cukup menguras energi dan pikiran. Alhamdulillah, akhirnya Feri mau masuk kedalam kelas. Di kelas anak-anak yang lain sudah mulai belajar dengan guru patner saya. Ya inilah satu kelebihan lagi dari SD tempatku mengabdi ini, dimana kelas 1 dan kelas 2 memiliki guru kelas, 2 orang dengan istilah Manager Kelas. Sehingga saat ada anak yang bermasalah, bisa langsung ditangani tanpa meninggalkan proses pembelajaran yang harus diterima anak-anak lainnya.
Akhirnya Feri mau masuk kedalam kelas, sayapun cukup merasa bahagia. Tapi ternyata kebahagiaan itu tidak lama, dikelas Feri tidak mau melepas tasnya. Tempat duduk Feri ada di barisan pertama dekat meja guru, hari itu Feri benar-benar enggan untuk belajar, dia mau masuk kelas hanya untuk menceritakan alasan kenapa dia tidak mau belajar di sekolah hari ini, bukan untuk belajar. Karena itulah dia enggan melangkahkan kaki menuju tempat duduknya, dia hanya berdiri didepan pintu kelas.
Saya pun mengambil 2 kursi yang dihadap-hadapkan untuk kami duduki, saya menyuruh Feri duduk dan mencoba membuat komunikasi yang nyaman dengannya, dan selama mungkin sampai kedua orang tuanya tak segan meninggalkan Feri di sekolah.
Sekitar 15 menit saya memberikan pemahaman pada Feri jika sekolah itu penting, dan menayakan apa alasan dia tak mau bersekolah. Dan jawaban yang dia berikan hanya satu kata “MALAS.” Tertegun saya saat mendengar jawabanya, malas? Apakah hanya karena kata ini, anak secerdas Feri tidak mau sekolah?
Sepertinya bukan....

BERSAMBUNG....  


Wednesday, 23 October 2019

Bahagiakah dirimu...


Bahagiakan dirimu…

Hidup di dunia hanya satu kali, semua orang tahu dan pasti menyadarinya. Tapi apakah semua orang sudah mendapatkan kebahagiaan saat  ia hidup di dunia, padahal dia tahu hidupnya di dunia hanya satu kali?
Jawabannya,  tidak semua. Dahulu ada seorang putri bangsawan yang ditinggalkan harta kekayaan oleh orang tuanya dengan sangat berlimpah. Sewajarnya sang putri merasa bahagia , tapi nyatanya tidak. Ia malah hidup tak menentu, menikah dengan beberapa laki-laki seumur hidupnya, karena pernikahan yang tak ia jalani tak pernah bertahan lama, paling lama usia pernikahannya hanya 1 tahun.
Atau contoh lain seorang aktor Yahudi terkenal bernama Anwar Wajd pernah berseloroh pada istrinya, “Andai saja aku punya uang sebanyak 1 juta poundsterling (mata uang Inggris), maka aku kan bahagia walaupun harus menderita suatu penyakit” Ketika ditanya istrinya,”Untuk apa uang sebanyak itu”, Wajd berkata, “sebagian uang itu akan kugunakan untuk berobat dan sisanya akan kugunakan untuk membeli kebahagiaan.”
Subhanallah, tak lama kemudian cita-cita Wajd tercapai, ia mendapatkan uang lebih dari 1 juta poundsterling, tapi mendadak ia terserang penyakit kanker hati, dan  uangnya habis untuk berobat, sedang sakitnya tak kunjung sembuh sampai akhirnya ia meninggal dengan penuh penyesalan.
Dua kisah nyata tadi, membuat kita berfikir, Jika harta dan keturunan tidak memberikan kebahagiaan, lalu  dimanakah letak kebahagiaan? Bagaimana cara mendapatkannya?
Baca dan renungkan syair nashied berikut ini:
Semua manusia memburu
ketenangan dan kebahagiaan
Karena ia fitrah semula jadi manusia
Dimana ketenangan dan dimana bahagia
Pada harta, pangkat, dan kuasa
Atau pada kecantikan wanita

Kalau disitulah kebahagiaan
Mengapakah jutawan berpenyakit jiwa
Kenapa yang berpangkat
Pemarah dan beremosi saja
Mengapa yang punya kuasa


 Berkrisis senantiasa
Mengapa gila wanita, selalu kecewa

Dimana Ketenangan
Dimana Kebahagiaan manusia
Sudah lama manusia
Mencari tiada jumpa
Terumbang ambinglah mereka
Ditengah kemodernan hidupnya canggih
Tapi jiwanya terkikis sedih

Manusia kehilangan kebahagiaan
Walau senantiasa memburunya
Yang disangka bahagia
Itu rupanya, mengecewakan
Harta, pangkat dan kuasa jua wanita
Semuanya menipunya
Manusia kecewa dimana-mana

Dimana ketenangan
Dimana kebahagiaan manusia
Ya Allah itulah Tuhan
Sumber kebahagiaan
Kenali dan Cintailah Allah
Karena Allah mencintai kita
Cintakan Allah, tiada kecewa

Berimanlah kepada-Nya
Dan sembahlah Dia
Ikutilah syariat-Nya
Tawakallah pada-Nya
Mintalah kepada-Nya
Berbaik sangkalah kepada-Nya

Itulah penenang jiwa

Obat jiwa yang lara
Nikmat bahagia pasti di rasa

Memang benar manusia pada fitrahnya selalu mencari kebahagiaan, namun kebanyakan mereka salah mengartikan kebahagian. Mereka mengira harta, pangkat, kekuasaan dan kecantikan wanita bisa  memberi kebahagiaan.
Nyatanya apa yang mereka kejar selama ini hanya menyisakan penderitaan dan kekecewaan, namun walau begitu kebanyakan manusia pura-pura tidak tahu akan kekeringan ruhani dan kepedihan hati karena kebahagiaan hakiki tak pernah mereka dapatkan. 
Jika saja mereka mau menyisihkan waktu untuk merenung. Jika saja mereka mengkhusyukan diri dihadapan Rabbnya, maka kebahagiaan itu sebenarnya sudah bisa mereka dapatkan.
Karena, pada hakikatnya kebahagian itu ada digenggaman Allah, maka untuk mendapatkannya kita tinggal memintanya pada Allah .
Bagaimana cara meminta kebahagiaan itu? Tentu dengan mengenal dan mencintai Allah. Sang Pemilik Kebahagiaan, Sang Pemilik Cinta yang tak akan pernah mengecewakan orang-orang yang mencintai-Nya
Mencintai-Nya dengan cara beriman dan selalu beribadah pada-Nya. Mengikuti syariat-Nya, bertawakal dan meminta hanya kepada-Nya, serta berbaik sangka kepada-Nya. Jika semua ini dilakukan, maka kebahagiaan hakiki itu bisa kita dapatkan, Insya Allah.
Wallahu ‘alam (WS ‘08)

Tulisan ini pernah dimuat di bulletin Tausiyah, tahun 2008

Friday, 18 October 2019

Resensi Ta'limul Muta'allim


Judul : Ta'limul Muta'allim, pentingnya adab sebelum ilmu
Penulis: Imam Az-Zarnuji
Penerbit: AQWAM
Cetakan : IV
Tahun: 2019
Jumlah halaman: xxxvi+166

"Ketahuilah sesungguhnya seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula bermanfaat ilmunya, kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahli ilmu, mengagungkan gurunya dan menghormatinya" - Imam Az-Zarnuji

Buku ini merupakan buku berbahasa arab yang berjudul Ta'lim Al-Muta'allim fi Thoriq At-Ta'allum yang dialih bahasakan oleh Abdurrahman Azzam. Merupakan buku best seller karena sudah empat kali dicetak pada tahun yang sama.

Buku ini berisi 13 pasal. Dua belas pasal tentang hal-hal yang berhubungan dengan persiapan dalam menuntut ilmu dan adab yang harus diikuti ketika proses mendapatkan ilmu tersebut. Dan satu bab khusus membahas hal-hal yang mendatangkan dan menjauhkan (rezeki), memperpanjang dan mengurangi usia.

Semua pasal yang dibahas di buku ini, sarat dengan makna, mulai dari definisi ilmu, niat menuntut ilmu, bagaimana seharusnya bersikap pada guru, cara menghargai ilmu,  bahkan membahas pula metode untuk memudahkan hafalan dan penyebab kenapa sering lupa pelajaran.
Semua pasal yang dibahas benar-benar sangat penting diketahui dan diamalkan oleh orang-orang yang sedang atau akan menuntut ilmu.

Setiap lembar selalu ada footnote, catatan keterangan tentang dimana adab menuntut ilmu itu diambil, menunjukkan penulis sangat hati-hati menyampaikan apa yang beliau ketahui mengenai adab menuntut ilmu ini. Ini juga menjadi simbol, penulis merupakan ilmuan sejati yang tahu jika apa yang akan disampaikannya dalam tulisan ini kelak akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Harus mengarahkan pada kebaikan dan bukan sebaliknya.

Saat membaca buku ini, saya merasa kesulitan memahami beberapa paragraf yang ada di beberapa pasal. Saya harus membaca dua sampai tiga kali paragraf tersebut, baru saya faham. Hal ini dikarenakan, beberapa bentuk kalimat yang terasa "canggung," karena buku ini memang buku yang dialih bahasakan.

Beberapa kata juga tidak saya mengerti karena tidak dialih bahasakan, seperti kata  tahqiq, syarah, i'rab dan lain sebagainya. Mungkin untuk beberapa pembaca yang memiliki dasar kemampuan berbahasa Arab, Hal ini tidak menjadi masalah. Tapi bagi sebagian orang termasuk saya, ini sangat menyulitkan. Alangkah baiknya jika buku ini dilengkapi glosarium diakhir halaman untuk menjelaskan "kata-kata" tersebut.

Secara keseluruhan buku ini sangat bagus, saya sangat merekomendasikan pada semua pembaca, khususnya yang akan atau sedang menuntut ilmu untuk memiliki dan membaca buku ini.*

*Resensi buku hadiah give away bulan September dari klubsukabuku









Tuesday, 15 October 2019

Aku Punya Adik

*tulisan anakku yang ke-3 yang dikirimnya ke majalah BOBO

Waktu itu ibuku hamil, ibuku memanggil dede  bayi yang ada di dalam perutnya dengan nama utun.

Lucukan, terus ibu ku mual -mual &muntah-muntah.

Sampai aku mau ikutan kaya ibu ku muntah mual juga.

Sesudah 9 bulan, ibu ku siap-siap berangkat ke dokter karena mau melahirkan.

Kata aku pasti ibu ku pulang nya besok pagi. Aku ingin cepat cepat lihat dede bayi nya jadi aku tau jenis kelaminnya & namanya.

Pagi-pagi ibu ku sudah datang & menggendong dede bayi.

Pas aku lihat dede bayi nya itu laki-laki kata ibu aku.

Kirain perempuan kan lucu kalau perempuan.

Aku sampai tertawa melihat dede bayi  karena menggemaskan.

Monday, 14 October 2019

Resensi 20 thn mencari keadilan

Resensi
^^^^^^^^^^
Judul Buku: 20 tahun Mencari Keadilan
Nama Penulis: Bahtiar HS
Cetakan I : 2010
Penerbit: Inti Medina
Halaman: xviii+142

"Tidak ada seorang yang 'gila' dalam hal membaca buku yang pernah saya jumpai selain Perwira dengan tiga melati di pundak ini. Setiap kali saya datang ke ruangannya untuk berdiskusi atau sekedar tukar informasi, selalu saja ada buku baru di mejanya. Bahkan tafsir Fi Zhilalil Qur'an saya lihat tak pernah absen berada di meja kanannya. Saya hampir yakin bahwa tafsir itu mungkin sudah berganti jilid dari sebelumnya setiap kali saya datang pada kesempatan yang berbeda. Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka saja sudah ia khatamkan sejak lama."

"Di mejanya beberapa waktu lalu, tergolek buku Shalat Khusyuk tulisan Abu Sangkan. Lain waktu, tergolek buku Da Vinci Code karya Dan Brown. Kemudian Laskar Pelangi, jauh sebelumnya buku itu booming. Lalu buku tentang biografi Presiden Soeharto, buku-buku teknologi informasi, sejarah nusantara, termasuk novel Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi. Hampir setiap hari buku yang dibawanya dan tentu dibacanya selalu berganti."

Dua paragraf diatas salah satu kisah nyata yang diceritakan Bahtiar HS dalam buku ini.
Buku ini memuat lebih dari 15 kisah nyata yang dialami Bahtiar selama hidupnya, ada pula beberapa kisah yang dialami orang lain yang beliau sisipkan kisahnya di buku ini. Seperti kisah seorang laki-laki bernama Tasiran yang diberi judul 20 Tahun Mencari Keadilan, disini diceritakan Tasiran seorang lelaki tua yang punya semangat luar biasa, menghabiskan dua puluh tahun mencari keadilan hingga ajal menjemputnya demi mendapatkan barang bukti berupa dua buah cangkul.

Bahtiar menyebut buku ini sebagai buku 'Suri Teladan', karena memuat peristiwa-peristiwa yang mungkin dijumpai di sekitar kita. Ia mengajak dengan cara yang sederhana untuk mengambil pelajaran dari sebuah peristiwa yang sangat remeh, bahkan hanya melibatkan seorang tokoh yang amat biasa. Seorang tokoh yang mungkin kita jumpai . Ia berharap kita (penulis dan pembaca) bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah-kisah nyata sehari-hari. Jika setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru, setiap peristiwa sesungguhnya adalah pelajaran. (halaman xv)

Membaca buku ini, kita merasa dekat dengan tokoh yang diceritakan sehingga kita seperti membaca kisah kita sendiri. Pemaparan kisah yang apik, membuat hikmah yang ingin disampaikan penulis benar-benar dapat diterima dan difahami pembaca.

Tidak setiap cerita, disampaikan hikmahnya secara tersurat dibuku ini. Tetapi saya yakin pembaca bisa mengambil hikmah yang tersirat dari kisah-kisah yang dimuat di buku ini.

Secara keseluruhan, buku ini sangat bagus dan sangat rekomended untuk dibaca semua orang, semua umur, lintas profesi, lintas budaya. Buku teladan, buku penuh hikmah dan sangat menginspirasi.)*

*warniati suciatiningsih
Resensi di share di facebook warnisajoo tgl. 15  Oktober 2019,

Wednesday, 9 October 2019

Resensi 62 best practice pembelajaran



Judul: Dari film pendek hingga pandai singkek (62 best practice pembelajaran paling dicari di Indonesia)

Penulis: 62 guru dan peneliti terbaik di Indonesia

Penerbit: Pustaka Media Guru, 2019.

ISBB: 978 623 217 877 9

Jumlah halaman: 318 hlm.



Best practice adalah karya tulis yang mencatat dengan cermat pengalaman terbaik seorang guru/dosen/siapa saja dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang dihadapi di lapangan, sehingga tercipta perbaikan mutu layanan pendidikan dan pembelajaran yang berkesinambungan.

Buku ini berisi 62 tulisan best practice dari 62 guru  peneliti se Indonesia yang menjadi tenaga pendidik di berbagai jenjang pendidikan dan berbagai mata pelajaran.

Mulai dari jenjang SD/MI sampai SMA/SMK. Mulai dari guru agama, bahasa, olah raga sampai eksakta. Ada juga dosen dan penilik/ pengawas.

Karena itu membaca buku ini, kita seakan diajak berkeliling sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dan menikmati suasana yang berbeda, serta metode yang pariatif.

Satu hal yang menjadi kesamaan dalan setiap metode pembelajaran yang ditulis oleh 62 penulis se Indonesia yang ada di buku ini adalah semua berfokus pada siswa. Kegiatan belajar mengajar sudah tidak harus berpusat pada guru, bukan hanya guru yang memberikan ceramah, dan siswa yang mendengarkan, Bukan hanya guru yang memberi pertanyaan dan siswa yang menjawab. Tapi lebih pada mengeksplorasi kemampuan siswa sehingga mereka mendapatkan ilmu dari kegiatan-kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan dengan bimbingan dari guru tang bersangkutan.Termasuk guru BK yang tidak semua sekolah memberikan jam belajar BK di setiap minggunya, di buku ini disampaikan bahwa dalam pelaksanaan layanan BK pun tetap berfokus pada siswa. 

Para penulis di buku ini ingin berbagi tips, resep, rahasia kesuksesannya dalam mengantarkan peserta didiknya meraih ilmu. Mulai dari pembuatan vidio, penggunaan kartu, belajar dengan bermain ular tangga, sampai pembuatan hasta karya yang dilakukan siswa

Kelebihan dari buku ini adalah best practice yang dikemas secara runtut dan menggunakan bahasa yang ringan dan inspiratif, bahkan ada juga yang ditulis seperti sebuah cerpen. Judul yang dipakai di buku ini pun cukup menarik, Dari Film Pendek Hingga Pandai Sikek orang mungkin akan mengira buku ini berupa novel atau kumpulan cerita pendek, sehingga membuat para pencari buku tertarik membacanya.

Kekurangan dari buku ini, profile beberapa penulis yang sangat singkat, sehingga kurang memberikan informasi tentang penulis yang dimaksud. Ini bisa dimaklumi karena mungkin setiap penulis diberikan pembatasan  jumlah karakter tulisan yang sangat terbatas, mengingat dalam satu buku memuat 62 penulis. Di keping 57 foto profile penulis tidak termuat, bisa jadi karena kesalahan percetakan, dan ini biasanya akan di revisi pada cetakan berikutnya.

Secara keseluruhan buku ini layak dan sangat direkomendasikan untuk dibaca, terutama oleh para guru dan orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikan karena dapat menambah khazanah ilmu, tips, metode KBM yang menginspirasi dan bisa diaplikasikan dalam proses KBM. (Warniati S)*



*nama: warniati suciatiningsih
Profesi: guru BK
Unit kerja: SMPN 2 Banjaran

Thursday, 3 October 2019

Semua siswa itu unik 1


“Kenapa sih Ibu masukin kerudung kebajuku?”

Sebut saja ia Fitri Syaqila Humaira (bukan nana sebenarnya). Anak perempuan yang cantik dengan rambut lurus panjang sepunggung ini adalah salah satu anakku yang sangat spesial. Ya, semua anak-anakku memang sangat spesial bagiku.
            Pertama kali aku mengenalnya adalah saat masa orientasi kelas 1, aku masih ingat saat itu dia sedang sakit perut, karenanya ibunya menitipkannya padaku, khawatir dia mau BAB tapi tak mau bilang sama bu gurunya. Kesan pertamaku padanya, dia anak yang penurut, dengan wajahnya yang putih, hidung mancung, mata bundar, terlihat seperti anak turunan Fakistan.
            Masa orientasi berlalu, dan ternyata Fitri termasuk anak kelas 1 yang diamanahkan padaku dan patnerku. Kegiatan belajarpun dimulai, hari, minggu, bulan, bahkan 1 semester berlalu, Fitri mengikuti program pembelajaran di sekolah bersama 30 teman-temannya. Sekilas memang terlihat normal dan biasa-biasa saja, namun ada sesuatu yang unik dalam diri Fitri.
            Selama kegiatan belajar mengajar Fitri termasuk yang moody, terkadang ia tak bisa bertahan untuk konsentrasi dengan penerangan guru atau tugas yang diberikan guru, ia seperti punya dunia lain miliknya sendiri. Namun kelebihan yang ia punya, ia tak segan untuk bertanya langsung pada kami jika ia belum mengerti dengan tugas yang diberikan, karenanya untuk hal akademis ia tidak terlalu tertinggal, walaupun kami –saya dan fatner- harus cukup bersabar dengan harus menjelaskannya kembali pada Fitri.

Saat waktu shalat tiba

Kekurangan konsentrasi Fitri juga terlihat saat program pembiasaan shalat bersama, di semester pertama dia tak pernah sekalipun shalat dengan tertib, saat itu saya membimbingnya dengan metode mengingatkan dan langsung melakukan “kontak fisik”, metode ini pula yang kami lakukan pada anak yang lainnya, dan memang cukup epektif, tapi untuk Fitri metode ini kurang mengena. Seringkali dia enggan untuk menyimpan tangannya diatas dada saat membacakan Al-Fatihah dan surat-surat pendek, hal yang pertama kali saya lakukan adalah mengingatkan “Fitri tangannya dilipat, sayang” jika tidak juga memposisikan tangannya dengan benar, saya langsung menghampirinya dan langsung memegang tangannya dengan lembut dan memposisikan sikap shalat yang seharusnya padanya. Namun ini tak bertahan lama, ia pun kembali melepas kedua tangannya bahkan menggerak-gerakkan tangannya dengan gerakkan yang ia sukai, sambil mulutnya komat-kamit seakan berbicara dengan orang lain, sedang matanya melirik keatas kanan dan kiri. Terkadang tangan kirinya ia simpan diatas dada, tapi tangan kanannya melakukan gerakan seakan menulis dipapan tulis, dengan mulut berkomat-kamit pula. Bukan hanya itu saja, disaat posisi ruku dan sujud pun ia jarang sekali bisa melakukan gerakan shalat yang seharusnya, lagi-lagi kami sebagai guru harus sabar mengingatkannya.
Satu semester berlalu, Fitri masih dengan ciri khasnya. Namun saya benar-benar ingin tahu ada apa sebenarnya dengan Fitri. Akhirnya mulai semester dua, saya merubah cara untuk mendekatinya. Satu minggu diawal pembelajaran semester dua, sikap shalat Fitri masih sama, tidak pernah tertib, bahkan tak segan keluar dari area sajadahnya untuk sekedar mencari satu benda mungil disekitarnya, untuk dimainkan saat shalat berjamaah berlangsung.
Suatu saat sikap berdiri shalat Fitri benar-benar tidak sempurna, akupun mengingatkannya dan langsung menghampirinya, memegang tangannya dan memposisikan tangannya agar diletakkan diatas dadanya. Lalu diapun ruku dengan tangan diletakkan dibawah lutut tentu posisi rukunya jadi terlalu membungkuk, akupun langsung memperbaiki posisinya sambil berkata “tangannya diatas lutut sayang”. Lalu iapun sujud, seperti biasa pula sujudnya tidak sempurna, namun ada yang berbeda. Sebelum-sebelumnya dia sering sujud dengan posisi meletakan kepala bagian kanannya (bukan dahi) diatas tempat sujud, sehingga ia bisa melihat temannya yang ada disampingnya. Kali ini dia sujud dengan meletakkan dahi di tempat sujud, tapi kedua tangannya dia gerak-gerakkan keatas dan terakhir membuka-buka kerudung bagian belakangnya. Dan refleks aku memegang kerudungnya dan menarik kerudungnya pelan agar rambutnya tidak terlihat saat sujud, tapi Fitri tidak tinggal diam. Di sujud yang kedua dia lakukan hal yang sama dan akupun bertindak yang sama pula, sambil berkata “Sayang, kerudungnya jangan dibuka-buka, aurat” Diapun berdiri untuk rakaat kedua, dan saat sujud dia lakukan hal yang sama, maka akupun memasukan kerudungnya kedalam leher bajunya hingga dia agak kesulitan untuk menarik dan membuka kerudungnya saat sujud, maka keluarlah kalimat dimulutnya, kalimat yang menjadi awal perasaan kagumku padanya “Kenapa sih Ibu masukin kerudung kebajuku?” refleks aku menjawab “karena nanti auratmu kelihatan” Tak kusangka kalimatku membuatnya menoleh kearahku “Aurat itu apa bu?” Aku tersenyum sambil menempelkan satu jariku dimulutku “Sst, ngobrolnya nanti kalau sudah selesai shalat” Ia pun tersenyum dan akhirnya shalat dengan tertib sampai selesai. Setelah selesai aku ingatkan padanya “Fitri tadi nanya apa?” Ia tersenyum kembali, senyum khas miliknya dengan melebarkan bibir dan memperlihatkan giginya. “Aurat itu apa bu?” Aku tersenyum padanya “Aurat itu yang harus kita tutupi, diwaktu shalat aurat itu benar-benar harus kita tutup, jangan sampai kelihatan biar Allah menerima shalat yang kita lakukan” “Trus kenapa harus dikerudung, laki-laki tidak.?” “Karena aurat perempuan itu seluruh tubuh kecuali ini dan ini” jawabku sambil menunjukan muka dan telapak tanganku “Trus kenapa harus pake kaos kaki, laki-laki nggak usah..” belum juga aku menjawab pertanyaannya, dia langsung tersenyum dan menjawab pertanyaannya sendiri “Oh ya aku tahu-aku tahu, kaki kan termasuk aurat perempuan” Aku pun tersenyum sambil menunjukan jari jempolku “Betul sekali, anak pintar” sambil kuusap kepalanya.
Alhamdulillah, mulai saat itu Fitri tak pernah membuka atau menarik-narik kerudungnya lagi. Sungguh aku terkesan dengan pembicaraan kami waktu itu, satu diskusi singkat tapi membuat kami berdua puas dengan jawaban dan pertanyaan kami masing-masing.
Keesokan harinya ada hal yang lucu, saat selesai shalat ia mendekatiku dan bertanya, “Bu Warni tahu gak apa aurat Fitri yang kelihatan waktu shalat tadi?” Aku terdiam dan memperlihatkan ekspresi berfikir keras lalu, “Apa ya? Bu Warni tidak tahu, memangnya apa?” Fitri tersenyum seakan gembira karena aku tak bisa menjawab pertanyaannya, “Ya kakiku dong” jawabnya sambil tersenyum pula “Kaki? … Fitri kan pakai kaus kaki” jawabku, merasa aneh. “Kan kaus kaki Fitri bolong” dia pun menunjukan kaus kaki bolongnya sambil tertawa kecil agak malu. Akupun ikut tersenyum “Fitri…Fitri ada-ada saja” jawabku, tersenyum pula.

Allah… Kenapa?

Semakin hari aku semakin memahami karakter Fitri, aku cukup bersyukur karena ia sudah tidak menarik-narik kerudungnya saat shalat, tapi bukan berarti shalat Fitri sudah sempurna. Gerakan-gerakan diluar gerakkan shalat sering ia lakukan saat shalat berjamaah berlangsung, menulis di udara, melihat dan mencari benda-benda kecil disekitarnya dan memainkannya saat shalat masih sering ia lakukan. Aku pun setiap hari berusaha selalu memperhatikannya, tentu berbagi dengan perhatianku untuk 30 anak lainnya.
Saat itu, di shalat dzuhur berjama’ah seperti biasa Fitri enggan untuk bersikap shalat yang seharusnya. Akupun mengingatkannya dengan sesabar mungkin yang aku bisa, ternyata Fitri mulai tak sabar dengan tindakanku yang terus-menerus mengingatkan sambil membetulkan posisi sikap shalatnya. Sampai saat dzikir, diapun enggan untuk bersuara “Fitri ayo berdzikir sayang!” bujukku, memotivasinya tuk mau membaca doa-doa saat shalat. Dia menatap tajam padaku, seakan menolak ajakanku dan memalingkan mukanya. “Fitri shalehah, ayo dzikir sayang” ajakku kembali. “Kanapa sih Fitri harus shalat?” tanyanya ketus sambil memandangku dengan kekesalan, kesal karena mungkin dari awal sampai akhir aku berada disampingnya dan dia tak bebas bergerak. Seperti biasa ku simpan satu jari telunjukku dibibirku “Sst, ngobrolnya nanti, sekarang dzikir dulu” Fitri pun terdiam, tidak bertanya dan juga tidak mau dzikir dan berdoa.
Setelah selesai shalat, dzikir dan doa, anak-anak dipersilahkan melipat sejadah dan menyimpannya di rak sejadah dan boleh langsung makan siang, tapi Fitri aku tahan dan mengajaknya berdoa sebelum makan dan doa penutup saja, akhirnya dia mau berdoa dan langsung melipat sejadah dan makan siang. Akupun bergegas mengambil makan siangku dan kupun duduk disamping meja Fitri, (kami sebagai walikelas memang bergilir duduk di dekat kursi anak secara bergiliran saat makan, dan aku sudah rencanakan hari itu untuk duduk dekat kursi Fitri) acara makan siang pun dimulai. “Fitri tadi mau tanya apa?” Aku memulai pembicaraan “Apa ya?” Fitri terlihat mengingat-ingat sesuatu, “Oh ya Bu, kenapa Fitri harus shalat?”
“Karena Allah memerintahkannya” jawabku singkat
“Kenapa sih Allah nyuruh-nyuruh terus, nyuruh shalat, nyuruh shaum, nyuruh….”
“Karena Allah Tuhan kita, kalau nggak ada Allah, nggak akan ada dunia ini, nggak ada langit, nggak ada matahari, Fitri juga nggak ada, karena Allah yang  bikin ini semua”
“Wah berarti Allah itu hebat dong”
“Iya, Allah itu Hebat, lebih Hebat dari Superman, lebih Hebat dari Batman, pokonya Hebat banget deh”
“Iya, ya Allah hebat. Bisa bikin langit, bisa bikin awan, bisa bikin… mmm… tapi kenapa namanya ko jelek?” tanya Fitri sambil sambil tersenyum, lebih seperti tertawa kecil karena malu. Ada perasaan terkejut dalam hatiku saat mendengar pertanyaannya, namun kuberusaha menampakkan wajah senetral mungkin dan seantusias mungkin terhadap pertanyaan-pertanyaannya. “Apa, apa?” Aku bertanya, memastikan apa yang kudengar. “Iya kenapa namanya jelek, Allah, jelek kan?” jelasnya. Hatiku beristighfar beberapa kali dan menjawab “Kata siapa jelek? Allah itu punya nama-nama yang baik ada 99 nama. Kaya Fitri, bisa dipanggil Fitri, bisa dipanggil Syaqila, bisa dipanggil Humaira. Nah Allah nama panggilannya ada 99, hebat kan? Allah bisa dipanggil Arrahman, Arrahim, Al-Malik, .seperti yang ditempel dekat white board itu.” Jawabku panjang lebar sambil menunjuk alat peraga ashmaul husna yang ditempel di sebelah kanan white board yang ada di kelas. Bisa kulihat tatapan matanya, mata yang mengatakan “Aku sekarang mengerti Bu” Diskusi kami hari itu berakhir, dan akhirnya kami membicarakan hal-hal lainnya.

Cantik dan pandai menggambar
Fitri termasuk anak yang pandai menggambar, gambar-gambarnya bagus, karena itu suatu  hari kami bertukar buku diary dan bersama-sama mengisi buku diary, dan aku menuliskan kesanku di buku diarynya kalau Fitri itu anak yang cantik dan pandai menggambar. Melihat kesanku itu, Fitripun menuliskan kesannya padaku “tulisan bu Warni bagus,” aku hanya tersenyum, ya… anak seusia kelas satu memang agak terbatas untuk berkreasi lewat kata-kata. Mereka cenderung mengikuti pola, Fitri pun demikian, ia belum memahami arti kesan, jadi dia mengikuti pola apa yang saya tulis di buku diarynya saat itu. Setidaknya aku tahu, Fitri ingin membalas rasa bahagianya ketika telah kusematkan gelar “anak yang cantik dan pandai menggambar” padanya, dengan menuliskan kesannya padaku, walaupun dengan kata-kata yang terbatas.
Semenjak ku tuliskan kesanku di buku diarynya ia jadi makin hoby menggambar bahkan salah satunya ia berikan padaku, dan langsung ku tempel di Mading Kelas. Sungguh kebahagiaan tak terkira saat aku mulai memahaminya, Ya memahami karakter Fitri, Fitri cantik dengan segudang pertanyaan dan bakat menggambarnya. Subhanallah… dibalik kekurang mampuannya untuk berkonsentrasi, Allah titipkan hati bersih untuk mengenal Tuhan-nya dan Allah titipkan kemampuan menggambarnya yang insya Allah akan terus berkembang jika Fitri terus disuport dan selalu diberi “kesempatan” untuk mengembangkan kemampuannya.

Tips menghadapi Fitri
Suatu hari saat mengantar anak berenang, aku perhatikan satu per satu anakku, salah satunya Fitri, karena seringkali Guru Olah Raganya mengingatkan dan memanggil nama Fitri. Aku memperhatikannya dari jauh, tidak ada bedanya dengan Fitri ketika di dalam kelas, ia seperti punya dunia lain, dunia miliknya sendiri. Saat Guru Olah Raganya memberi instruksi, ia malah asyik memainkan air. Baru saat Gurunya memanggilnya agak keras dan teman-temannya ikut memanggil, ia mengikuti instruksi Gurunya. Ya itulah Fitri.
Selesai berenang, Guru Olah Raganya berbincang denganku dan menanyakan tentang keadaan Fitri yang sebenarnya, dan akupun memberikan informasi tentang Fitri yang aku tahu. Dia bilang ada 3 anak didikku yang kurang konsen saat pelajaran olah raga dan salah satunya adalah Fitri, aku pun tersenyum dan berbagi cara  mengahadapi Fitri. Di kelas, jika sedang tidak konsentrasi biasanya Fitri dipegang bahunya dan ditatap matanya baru ia mengerti apa yang diinstruksikan gurunya. Tapi jika ia sudah bisa konsentrasi, hal ini tidak perlu dilakukan, hanya sayang saat-saat Fitri benar-benar konsentrasi, terbilang sangat jarang sekali, karena itu kembali sebagai guru kami benar-benar harus sabar. Guru Olah Raga itupun bertanya apakah Fitri termasuk autis atau apa? Untuk pertanyaan yang satu ini, saya tidak bisa menjawab apa-apa karena dari pihak orang tua tidak ada laporan demikian, hanya memang Fitri termasuk anak yang kemampuan konsentrasinya tak sama dengan anak-anak lainnya. Yang jelas cara memegang bahu dan menatap mata ini memang cukup epektif untuk anak yang mudah terganggu daya konsentrasinya seperti ADHD, terlepas dari apakah Fitri termasuk ADHD atau apapun namanya. Bagi saya Fitri adalah anak dengan segudang potensi yang harus dibantu agar potensinya benar-benar tereksplor dan berkembang.
Ceritaku tentang Fitri sebenarnya sangat banyak, salah satunya lagi, sewaktu dia enggan untuk shalat dhuha. Seringkali Fitri enggan tuk memulai shalat dhuha, walaupun setelah diajak akhirnya dia mau melaksanakan shalat dhuha.
Suatu hari keengganan shalat dhuhanya membuatnya diam duduk diatas kursinya, maka seperti biasa aku menghampirinya. “Ayo fit, dhuha dulu!” “Nggak mau!” jawabnya ketus.
“Lho kenapa, nak?”
“Dhuha kan sunah, jadi nggak apa-apa gak shalat dhuha juga!” Entah dari mana dia tahu kalau dhuha itu shalat sunah. Aku pun tersenyum, karena untuk seusianya dia bisa beralasan dengan istilah hukum fiqih (wajib, sunah, makruh, mubah, haram) “Mm, Fitri tahu apa itu sunah?” tanyaku, “Tahu, kalau nggak dikerjakan, nggaj berdosa,” jawabnya. Akupun tersenyum mendengar jawaban sederhananya, aku menggeleng. “Tahu nggak, sunnah itu kalau dikerjakan mendapat pahala, kalau tidak dikerjakan nggak dapet pahala. Nah, teman2 Fitri yang lagi shalat tuh semuanya dapet pahala, kalau Fitri belum dapet pahala. Fitri mau nggak punya rumah di syurga?” jelasku, diakhiri pertanyaan. “Mau” jawabnya sambil tersenyum. “Rumah disyurganya pengen warna apa?

            Ya, inilah pengalaman berkesanku dengann Fitri Syaqila Humaira. Pengalaman yang membuatku semakin mengerti bahwa satu metode pembelajaran belum tentu cocok untuk semua anak didik. Seorang Guru harus kreatif mencari dan mencoba cara yang paling epektif untuk memberikan pembelajaran yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Seorang Guru harus senantiasa bersikap positif pada anak-anak didiknya. Aku makin mengerti kalau didunia ini tidak ada anak yang nakal, tidak anak yang pembangkang, yang ada hanyalah anak yang punya sejuta keingin tahuan, anak yang penuh dengan pertanyaan, anak yang belum mengerti dan belum faham. Dan tugasku sebagai guru untuk mengarahkan dan membimbingnya menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, membantunya mengerti dan memahami, membantunya

Guru BK 2 portopolio




RUBRIK PENILAIAN PORTOFOLIO

1.   Kualifikasi akademik
Ijazah
Relevansi
Skor
S1 / D4
(tanpa melalui Diploma)
Kependidikan sesuai bidang studi (mapel)*
150
Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel) mimiliki Akta Mengajar
150
Kependidikan sesuai dengan rumpun bidang studi (mapel)**
140
Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel)
130
Kependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi (mapel)
120
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi memiliki Akta Mengajar
120
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
110
Post Graduate Diploma
Sesuai bidang studi
80
Tidak sesuai
50
S2
Kependidikan sesuai bidang studi (mapel)
175
Kependidikan sesuai dengan  rumpun bidang studi (mapel)
160
Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel)
160
Kependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
145
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
130
S3
Kependidikan sesuai bidang studi (mapel)
200
Kependidikan sesuai dengan  rumpun bidang studi (mapel)
180
Nonkependidikan sesuai bidang studi (mapel)
180
Kependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
160
Nonkependidikan tidak sesuai bidang studi dan rumpun bidang studi
140

Catatan:
* Untuk Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) analog dengan Program Studi PPB/BK
** Untuk mata pelajaran produktif di SMK, program keahlian analog dengan bidang studi (mapel)
*** Untuk mata pelajaran produktif di SMK, bidang keahlian analog dengan rumpun bidang studi
****S1, S2, atau S3 yang kedua dan seterusnya diperhitungkan dengan skor 25% dari skor yang ditetapkan dalam rubrik ini.
Skor maksimal: jika memiliki S1, S2, dan S3 kependidikan yang relevan: 150 + 175 + 200 = 525



2.   Pendidikan dan Pelatihan
Lama Diklat
(Jam Pelatihan)
Internasional
Nasional
Provinsi
Kab/Kota
Kecamatan
R
TR
R
TR
R
TR
R
TR
R
TR
> 640
60
45
50
40
45
35
40
30
35
25
481 – 640
55
40
45
35
40
30
35
25
30
20
161 – 480
45
35
40
30
35
25
30
20
25
15
81 – 160
40
30
35
25
30
20
25
15
20
10
30 – 80
35
25
30
20
25
15
20
10
15
7
8 – 29
30
20
25
15
20
10
15
5
10
3

Keterangan:
R: relevan; materi diklat mendukung pelaksanaan tugas profesional guru
TR: tidak relevan; materi diklat tidak mendukung pelaksanaan tugas profesional guru
Skor maksimuml (taksiran): 2x pelatihan nasional relevan pola 170 jam, 2x propinsi relevan pola 120 jam,  4x kabupaten/kota relevan pola 20 jam = (2x40) + (2 x 30) + (4 x 15) = 200

3.    Pengalaman Membimbing
Masa Kerja
Skor
> 25 tahun
160
23 – 25 tahun
145
20 – 22 tahun
130
17 – 19 tahun
115
14 – 16 tahun
100
11 – 13 tahun
85
8 – 10 tahun
70
5 – 7 tahun
55
2 – 4 tahun
 40

Catatan: tugas belajar diperhitungkan dalam pengalaman membimbing
Skor maksimum: 160

















4.   Perencanaan dan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
     a. Perencanaan Bimbingan dan Konseling
Mengumpulkan  5 buah Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling (PPBK) yang berbeda
Aspek yang dinilai
Skor maks
1.    Perumusan tujuan pelayanan
2.    Pemilihan dan pengorganisasian materi pelayanan
3.    Pemilihan instrumen/media
4.    Strategi pelayanan
5.    Waktu dan biaya
6.    Rencana evaluasi dan tindak lanjut
4
8
8
8
4
4
Mengumpulkan Program Semesteran dan Program Tahunan
7.    Program Semesteran Bimbingan dan konseling
8.    Program Tahunan Bimbingan dan konseling
2
2
Catatan: Kumpulkan empat dari lima buah Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling (PPBK) yang mencakup bidang (1) pendidikan/belajar, (2) karier, (3) pribadi, (4) sosial, (5) akhlak mulia/budi pekerti.

Skor maksimal: jika semua butir aspek mencapai skor maksimum: 40

    b. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Laporan Pelaksanaan Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling (PPBK)
Aspek yang dinilai
Skor maks
1. Agenda kerja guru bimbingan dan konseling (konselor)
2. Daftar konseli
3. Data kebutuhan dan permasalahan konseli
4. Laporan bulanan
5. Laporan semesteran/tahunan
6. Aktivitas pelayanan Bimbingan dan Konseling
a.      Pemahaman : (antara lain : Sosiometri, kunjungan rumah, catatan anekdot, konferensi kasus)
b.      Pelayanan langsung : (antara lain : konseling individual, konseling kelompok, konsultasi, bimbingan kelompok, bimbingan klasikal, referal)
c.       Pelayanan tidak langsung : (antara lain : papan bimbingan, kotak masalah, bibliokonseling, audio visual, audio, media cetak : liflet, buku saku)
7. Laporan hasil evaluasi program, proses, produk bimbingan dan konseling serta tindak lanjutnya 
5

5
10

5
5

20


40



15



15

Catatan:
* Kumpulkan empat dari lima buah Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling (PPBK) yang mencakup bidang (1) pendidikan/belajar, (2) karier, (3) pribadi, (4) sosial, (5) akhlak mulia/budi pekerti.
* Penilaian perencanaan dan  pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan oleh Kepala Sekolah dan/atau Pengawas
Skor maksimal: jika semua butir aspek mencapai skor maksimum: 120
5.   Penilaian dari atasan dan pengawas
Bukti
Aspek yang dinilai
Skor maks
Dokumen hasil penilaian oleh atasan dan/atau pengawas tentang kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial
1.    Ketaatan menjalankan ajaran agama
2.    Tanggung jawab
3.    Kejujuran
4.    Kedisiplinan
5.    Keteladanan
6.    Etos kerja
7.    Inovasi dan kreativitas
8.    Kemampuan menerima kritik dan saran
9.    Kemampuan berkomunikasi
10. Kemampuan bekerja sama
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Jumlah
50
    
Skor maksimum: jika semua butir aspek mencapai skor maksimum: 10 x 5 = 50

6.   Prestasi Akademik
a. Lomba dan karya akademik
Prestasi
Tingkat
Skor
Bukti juara lomba akademik
Internasional
Nasional
Provinsi
Kabupaten/Kota
Kecamatan
60
40
30
20
10
Bukti menemukan karya monumental
Pendidikan
Nonpendidikan
60
40

*) Kejuaraan diambil tingkat yang tertinggi dan jika mencapai juara I, II, atau III

b. Pembimbingan kepada teman sejawat / siswa
Jenis Pembimbingan teman sejawat/siswa
Skor
Instruktur
40
Guru Inti/Tutor/Pemandu
20
Pembimbingan siswa dalam berbagai lomba/karya sampai meraih juara

Tingkat Internasional    : 40
Tingkat Nasional                : 25
Tingkat Provinisi                 : 20
Tingkat Kabupaten/Kota      : 15
Tingkat Kecamatan             : 10
Pembimbingan siswa dalam berbagai lomba/karya tidak mencapai juara
5

Skor maksimum (taksiran): 1x lomba akademik nasional, 1 x juara lokal, sebuah karya monumental bidang pendidikan, instruktur : 40 + 20 + 60 + 40 = 160







7.   Karya Pengembangan Profesi
Jenis Dokumen / Karya
Publikasi
Skor
Relevan
Tidak relevan
a.    Buku

Nasional
50
35
Provinsi
40
25
Kabupaten/Kota
30
15
b.    Artikel
Jurnal Terakreditasi
25
20
Jurnal Tidak Terakreditasi
10
8
Majalah/koran nasional
10
8
Majalah/koran lokal
5
3
c.Menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN
2 per kegiatan
d.    Modul/ Buku dicetak lokal (Kabupaten/ Kota)
Minimal mencakup materi 1 tahun (dua semester) skor 20
e.    Media/Alat pelajaran
Setiap membuat satu media/alat pelajaran diberi skor 5
f.  Laporan penelitian di bidang pendidikan
Setiap satu laporan diberi skor 10
Sebagai ketua 60% dan anggota 40%
g. Karya teknologi/seni (TTG, patung, rupa, tari, lukis, sastra, dll)
Setiap karya seni diberi skor 15

Catatan:
*)Buku publikasi nasional adalah buku ber-ISBN dan ditetapkan oleh BSNP sebagai buku standar; publikasi provinsi adalah buku ber-ISBN; publikasi kab/kota adalah buku yang tidak ber-ISBN

Skor maksimum (taksiran): 1 buku publikasi kabupaten/kota, 1  artikel dalam jurnal terakreditasi, 2 artikel dalam jurnal tidak terakreditasi, & 2 artikel di koran lokal:  30 + 25 + (2 x 10) + (2 x 5) =85

8.   Keikutsertaan dalam forum ilmiah
Tingkat
Skor
Pemakalah
Peserta
Internasional
50
10
Nasional
40
8
Provinsi
30
6
Kabupaten/Kota
20
4
Kecamatan
10
2

Skor maksimal (taksiran): 1x peserta internasional, 1x pemakalah nasional, dan 3x peserta kabupaten/kota: 10 + 40 + (3 x 4) = 62








9.   Pengalaman menjadi pengurus organisasi di bidang kependidikan dan sosial
a. Pengurus organisasi di bidang kependidikan dan sosial
Tingkat Organisasi
Skor per tahun
Kependidikan
Sosial
Internasional
10
7
Nasional
7
5
Provinsi
5
4
Kabupaten/Kota
4
3
Kecamatan
3
2
Desa/Kelurahan
2
1
   
b. Tugas Tambahan
Tugas Tambahan
Skor per tahun
Kepala sekolah
4
Wakil kepala sekolah/ketua jurusan/kepala lab/ kepala bengkel
2
Pembina kegiatan ekstra kuriluler (pramuka, drumband, mading, KIR, dsb.)
1
Skor maksimum (taksiran): 3 tahun pengurus nasional organisasi kependidikan, 3 tahun pengurus organisasi sosial tingkat kabupaten, mendapat tugas tambahan sebagai wakasek dan kasek masing-masing selama 4 tahun: (3 x 6) + (3 x 2) + (4 x 2) + (4 x 4) = 48

10.        Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Tingkat
Skor
Internasional
Nasional  
Provinsi
Kabupaten/Kota              
30
20
10
5
Melaksanakan tugas di daerah terpencil/tertinggal/bencana/konflik/perbatasan
Setiap tahun 4
      Skor maksimal (taksiran): 1x penghargaan nasional, 3 x penghargaan provinsi:
      20 + (3 x 10) = 50



SKOR MAKSIMUM PER UNSUR PORTOFOLIO

(Sebagian merupakan skor maksimum fix dan sebagian yang lain skor maksmum taksiran)

NO.
UNSUR PORTOFOLIO GURU
SKOR
1.
Kualifikasi akademik
525
2.
Pendidikan dan pelatihan
200
3.
Pengalaman membimbing
160
4.
Perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
160
5.
Penilaian dari atasan dan pengawas
50
6.
Prestasi akademik
160
7.
Karya pengembangan profesi
85
8.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah
62
9
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
48
10
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
50
Jumlah
1500


PENGELOMPOKAN KOMPONEN PORTOFOLIO DAN KETENTUANNYA

A.    Unsur Kualifikasi dan Tugas Pokok (minimal 300 dan semua sub unsur tidak boleh kosong)
1.
Kualifikasi akademik 
525
2.
Pengalaman membimbing                                            
160
3.
Perencanaan dan pelaksanaan bimbingan dan konseling             
160
Jumlah
845
                                                                                                                                      
B.    Unsur Pengembangan Profesi (minimal 200 dan Guru yang ditugaskan pada daerah khusus minimuml 150)
1.
Pendidikan dan pelatihan
200
2.
Penilaian dari atasan dan pengawas
50
3.
Prestasi akademik
160
4.
Karya pengembangan profesi
85
Jumlah
495
                                                                                                                                                                                     
C.    Unsur Pendukung Profesi (tidak boleh nol dan maksimal 100)
1.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah
62
2.
Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
48
3.
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
50
Jumlah
160

BATAS LULUS:  850 (57%  dari perkiraan skor maksimum)



Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...