Monday, 22 June 2020

Resensi Bangga Menjadi Guru Literat



Entah sejak kapan aku hobby membaca. Yang jelas sejak kuliah mulai serius hunting buku. Setiap sabtu menghabiskan waktu di perpustakaan daerah.

Akhirnya aku punya mimpi menjadi penulis, dan punya target tulisanku dibuku kan. Tak banyak, hanya menargetkan 3 buah saja.

Tapi ternyata setelah berumah tangga, tak ada waktu untuk menulis. Waktu ku habis untuk kegiatan domestik Ibu Rumah Tangga. Apalagi tak berapa lama anak pertama lahir, lanjut ke dua dan seterusnya. (Anaknya berapa ya😅)

Namun hobby membaca ku terus berlanjut bahkan ku tularkan pada anak-anak. Sebulan sekali aku ajak ke toko buku, mereka memilih sendiri bukunya dan membawa ke rumah dan membacanya dengan riang.

Kembali pada mimpiku. Ingin menulis buku seakan terkubur oleh aktivitasku di rumah dan di sekolah sebagai guru BK.
Tahun 2019 dengan tidak sengaja, dapat kiriman via grup tentang tantangan menulis untuk guru. Saya merasa teringatkan kalau saya punya mimpi. Dan ku coba kirimkan naskah, ternyata naskah tulisanku di Terima dan lahirlah antologi pertamaku di bulan Agustus tahun 2019, selanjutnya lahir antologi ke 2, ke 3, dan ke 4.

Semua mengalir begitu saja. Seakan Allah memberi jalan menggapai mimpiku bahkan melebihi target. Alhamdulilah.. 

Berikut resensi buku antologi ke-2 ku, semoga bermanfaat

🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰



Judul: Bangga Menjadi Guru Literat

Penulis : 67 Penulis, Pendidik dan Penggiat Literasi di Indonesia

Penerbit: Pustaka Media Guru

Cetakan: ke-1

Tahun : 2020

Jumlah halaman: 334+viii

Salah satu program pendidikan di Indonesia adalah gerakan literasi. Banyak hal yang bisa dilakukan para pendidik dalam geraka literasi ini. Mulai dari memasukkan program literasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sampai menulis buku.

67 guru di berbagai daerah yang ada di Indoniesia, berbagi pengalaman dan tips yang telah dilakukan dalam gerakan literasi terangkum dalam buku ini. 67 guru dengan bidang pendidikan yang berbeda, guru olah raga, guru IPS bahkan guru BK. Selain itu, guru dengan lintas tingkat sekolah yang berbeda pula, mulai dari guru PAUD sampai guru mahasiswa (dosen)

Buku yang menarik karena dari buku ini kita bisa belajar bahwa semua orang bisa berkiprah di bidang literasi. Termasuk para guru dengan segala kesibukannya, masih bisa berliterasi asalkan ada keinginan yang kuat.

Salah satu guru menceritakan yang pada awalnya "gaptek" justru dengan berkorelasi beliau jadi "melek teknologi" khususnya komputer, bahkan mendapatkan penghargaan dibidang literasi karena kiprahnya.

Ada juga guru yang berliterasi lewat akun facebooknya, dan ternyata disukai siswa-siswanya dan menjadi pemotivasi mereka mengikuti jejak guru panutannya.

Dan masih banyak lagi kisah inspiratif para guru yang berkarya di bidang koperasi diungkap di buku ini. Sehingga saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca semua orang yang mencintai bidang literasi , yang butuh semangat dalam menulis, bahkan bercita-cita jadi penulis.

Kekurangan buku ini adalah beberapa profile penulis tidak lengkap. Namun secara keseluruhan, buku ini layak dibaca semua orang.

Catatan: Ini buku antologi ku yang ke 2.
Yang berminat baca buku ini, bisa hubungi aku 🥰


Thursday, 18 June 2020

Terjebak di Jurusan Bimbingan Konseling (part 2)

Assalamu'alaikum readers semua...
Maaf baru kali ini bisa melanjutkan tulisanku yang sempat terpotong tanggal 15 Juni lalu.

Ok, kemarin aku sudah cerita gimana awalnya aku memutuskan untuk mengambil jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (saat ini berubah dengan nama jurusan Bimbingan Konseling Islam) di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (sekarang bernama UIN Bandung)

Maka mulailah aku kuliah di BPI/BKI tahun 2002 langsung di semester 3, karena mata kuliah semester satu dan dua sebagian besar sudah aku dapatkan ketika kuliah di jurusan Tafsir Hadits dulu, matakuliahnhya termasuk MKDU (Mata Kuliah Dasar Umum). Jadi aku bisa lampirkan transkrip nilai MKDU selama kuliah di Jurusan Tafsir Hadits. 


Ini bisa jadi catatan buat readers yang mau pindah jurusan. Kalau masih ada dalam satu universitas yang sama, meskipun beda fakultas, mata kuliah tidak perlu diambil semua jika sudah didapatkan "nilainya" saat di jurusan sebelumnya.


Selama 3 tahun kuliah di BPI bukan hal yang mudah, setiap semester ku usahakan mengambil mata kuliah full 24 SKS untuk mengejar ketertinggalan, sementara teman sekelas biasanya mengambil 20 sampai 22 SKS  tiap semesternya. 

Untuk jadwal belajar bisa diatur, jika ada kelas yang bentrok dengan jadwal kuliah reguler, aku akan mencari mata kuliah yang sama di jurusan lain yang dosen nya sama meski harus lintas jurusan. Kadang aku masuk ke jurusan KPI, kadang ke MD, pokonya asal dosen nya sama. 

Yang repot itu kalau lagi ujian. Jika jadwal mata kuliah bentrok, pelaksanaan ujian ada pada waktu yang sama. 
Sehingga beberapa kali aku mengikuti ujian A di gedung X dalam waktu setengah jam harus selesai dan menyerahkan Lembar Jawaban ke pengawas. Trus langsung berlari ke gedung Z untuk mengikuti ujian mata kuliah B. Yang terasa berat itu karena jarak antara gedung X dan Z tidak dekat, kelas tempat ujian nya pun ada di lantai 2.


Kebayang kan? gimana rempongnya. Dan kalau sudah selesai ujian, langsung kena penyakit 5L (Lemah Letih Lesu Leuleus dan Lunglai)
😵😵😵


Tapi tidak apa-apa, semua kulalui dan kuanggap sebagai proses menuju tergapainya cita-cita, dimana cita-citaku saat itu adalah bisa wisuda bareng temen-temen yang dulu barengan kuliah di Tafsir Hadits. 
Sementara bonus yang Allah berikan sebelum kelulusan itu, nilai matakuliahku selama 2 semester sangat baik sehingga mendapat beasiswa dari salah satu "sponsor beasiswa," di semester 5 sampai selesai kuliah. Alhamdulillah...


Cerita tentang beasiswa dan biaya kuliahku, seorang anak bungsu Pensiunan PNS nanti aku tulis lain waktu Ok! ðŸ˜‰


Masa-masa kuliah berlau cepat, hingga akhirnya di semester 8 saya pun mengajukan Surat Usulan Pengajuan Skripsi. Alhamdulillah atas bimbingan Kajur BPI, Drs. H. Isep Z.A, M.Ag, pengajuan skripsi berjalan lancar dan langsung mendapat dua dosen pembimbing skripsi. 


Oh, ya... Readers

Untuk bimbingan skripsi, kita akan diberi dua dosen pembimbing. Satu dosen pembimbing akademik kita. Satu lagi dosen yang ditentukan fakultas.


Kebetulan dosen pembimbing akademik ku saat itu adalah dekan Fakultas Dakwah, Drs. H. Syukriadi Sambas, M.Si menjadi dosen pembimbing I dan Drs. Hamzah Turmudi, M.Si menjadi dosen pembimbing II.

Alhamdulillah tepat di tahun 2005 aku bisa menyelesaikan skripsiku dengan judul Bimbingan Konseling Keagamaan dalam Mentoring sebagai Upaya Kaderisasi Da'i (Penelitian pada mentoring di LDM IAIN Sunan Gunung Djati Bandung)

Seperti itulah kisahku saat terjebak di jurusan yang pada awalnya tak pernah aku bayangkan sedikitpun dialam pikiran, akhirnya mengantarkanku menjadi seorang guru BK, dan diangkat menjadi PNS ditahun 2009.

Tapi siapa sangka kalau sebelum aku berprofesi sesuai latar belakang S1 ku, aku pernah menjadi guru TK, guru les privat, bahkan menjadi guru SD.


Mau tahu bagaimana caranya kubisa jadi guru BK dan PNS? Readers bisa baca ditulisan "Ibu Berbagi" ku yang lainnya di blog ini.


Sampai di sini dulu ya, jam dindingku sudah menunjukkan jam 23.45 malam. Selamat Bocan, jangan lupa berdo'a dulu ya...

Wassalam ..



Monday, 15 June 2020

Terjebak di Jurusan Bimbingan Konseling

Assalamu'alaikum readers, rekan-rekan dan sahabat semua. Bagaimana kabar semua? Semoga selalu ceria, seperti cerahnya suasana pagi ini.

Ditulisanku kali ini, aku mau berbagi pengalaman saat kuliah di jurusan Bimbingan Konseling, yang saat aku kuliah masih bernama jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam. Tulisan ini aku buat agar bisa jadi gambaran readers yang sedang bingung mencari-cari jurusan buat kuliah 

Sebelum lebih jauh menceritakan masa kuliahku. Aku mau cerita sedikit tentang siapa aku saat ini.

Aku adalah seorang guru BK disalah satu sekolah negeri di Kabupaten Bandung. Sebuah profesi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, bahkan saat aku kuliah di IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Sunan Gunung Djati Bandung, yang sekarang berubah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) pun aku tak pernah membayangkan menjadi seorang Guru BK.

Makanya tulisan ini aku beri judul terjebak di jurusan Bimbingan Konseling. Karena untuk masuk jurusan BK saja tidak pernah terpikirkan dibenakku. Dulu waktu awal mengisi form pendaftaran aku mengisi pilihan jurusan Tafsir Hadits di Fakultas Ushuluddien.  

Meski basic pendidikanku dari jurusan IPA di SMU, entah kenapa dulu aku "keukeuh" masuk jurusan yang kebanyakan mahasiswanya berasal dari pesantren, atau paling tidak sekolah di Madrasah Aliyah (MA). Satu tahun lebih 3 bulan aku kuliah di jurusan Tafsir Hadits, akhirnya aku tumbeng juga, soalnya demi mengejar ketertinggalanku dalam hal bahasa arab, aku rela mengikuti kuliah tambahan sampai sore. Badanku hanya bisa  bertahan 2 semester untuk megikuti ritme kuliah dan tambahan kuliah dari pagi sampai sore. 

Di semester ke 3  aku terkena sakit typus, cuti kuliah selama setengah semester membuatku enggan melanjutkan kuliah. Namun karena dorongan kedua orang tua yang peduli akan pendidikan anak bungsunya, akhirnya di tahun berikutnya aku pun melanjutkan kuliah dengan pindah jurusan. 

Awalnya masih bingung mau pindah jurusan ke mana, tanpa sengaja bertemu dengan kakak kelas di Mesjid Kampus yang kebetulan kuliah di fakultas dakwah. Aku pun mencari tahu jurusan apa saja yang ada di Fakultas Dakwah, dan apa beda dari setiap jurusan yang ada di fakultas tersebut.

Dia bercerita bahwa dakwah itu banyak macamnya ada dakwah nafsiyah, fardiyah, fi'ah qolillah, hizbiyyah dan dakwah ummah. 

Apa itu Nafsiyah, Fardiyah, Fi'ah qalillah, Hizbiyyah dan Dakwah Ummah???

😇😇😇

Readers pasti bingung ya? Ok, aku beri sedikit keterangan biar tidak terlalu bingung:
  • Dakwah Nafsiyah adalah dakwah pada diri sendiri.
  • Dakwah Fardiyah adalah berdakwah pada minimal satu orang mad'u (orang yang di dakwahi)
  • Dakwah Fi'ah Qalillah adalah dakwah dalam bentuk satu kelompok kecil
  • Dakwah Hizbiyyah adalah dakwah dalam bentuk organisasi dakwah.
  • Dakwah Ummah adalah dakwah dengan mad'u yang sangat banyak seperti ceramah di mesjid ataupun tabligh akbar



Gimana Readers, sudah ada sedikit pencerahan bukan? Ok, kita lanjut ceritanya ...


Semua jenis dakwah dipisahkan bidang keilmuannya di Fakultas Dakwah menjadi 6 jurusan. Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI), Manajemen Dakwah, Pengembangan Masyarakat Islam (PMI), Ilmu Komunikasi Humas, Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Ilmu Komunikasi Jurnalistik.

Lalu dia bercerita tentang jurusan BPI yang lebih condong pada penerapan dakwah nafsiyah, fardiyah dan fi'ah qalillah. Sementara jurusan lainnya lebih condong pada dakwah hizbiyah dan dakwah ummah.

Dari penjelasan singkat itulah, akupun mendapat sedikit gambaran mengenai Fakultas Dakwah, dan sebulan kemudian aku mantap memilih jurusan BPI sebagai ilmu yang akan kucari di Kampus Biruku. Ya... kampus biruku... karena letak IAIN SGD Bandung ada di Jl. Ci Biru 😃

Lalu setelah terjebak di jurusan BPI (Bimbingan Konseling) apa yang terjadi sampai aku berhasil jadi PNS Guru BK? Penasaran dengan Ceritaku? Nantikan tulisanku berikutnya ya, sekarang sudah "waktunya buat anak-anak,"

Insya Allah besok saya tulis kelanjutannya... daa... wassalam'alaikum...👋😊





Saturday, 6 June 2020

LAYANAN BK di MASA PANDEMI COVID 19.


LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING di MASA DAN PASCA PANDEMI COVID 19. 

Memperhatikan hasil brainstorming 31 Mei 2020 dan 5 Juni 2020 serta  memperhatikan pemikiran yang dimuat dalam group WA BK New Normal, maka pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah diatur  sbb.

A. Layanan Bimbingan dan Konseling  pada satuan pendiikan dilaksanakan berdasarkan pada : 

1. Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

2. Pedoman Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, yang merupakan lampiran Permendikbud No. 111 Tahun 2014.

3. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling (POP BK) di SD  tahun 2016

4. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling  (POP BK) di SMP tahun 2016

5. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling (POP BK) di SMA tahun 2016

6. Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling  (POP BK) di SMK tahun 2016

7. Undang Undang, Peraturan, Pedoman dan Panduan yang diberlakukan oleh pemerintah terkait dengan penyelenggaran pendidikan dan BK.


B. Layanan bimbingan dan konseling mendukung kelancaran realisaai  kebijakan  Kemendikbud dalam penyelenggaraan pendidikan dengan menerapkan protokol kesehatan dan ibadah. 



C. Layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada  program yang disusun, apakah  berupa program yang memuat struktur program (12 komponen) atau matrik program bimbingan dan konseling   


D. Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling  mengacu pada Permendiknas 
27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, atau mengacu Standar Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling yang diterbitkan oleh Kemendikbud 


E. Secara operasional  saat ini, Guru Bimbingan dan Konseling melakukan kegiatan berupa :melaksanakan 4 komponen layanan yaitu (1) layanan dasar, (2) layanan responsif, (3) layanan perencanaan dan pemintaan peserta didik, dan (4) dukungan sistem, dan menerapkan strategi  layanan sebagaimana tertuang dalam pedoman dan panduan Bimbingan dan Konseling, serta berupaya tercapainya  tujuan layanan bimbingan dan konseling berdasar 4 bidang layanan bimbingan dan konseling secara proporsional. 

1. Layanan dasar.
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling, sbb.

a. Menyusun materi layanan dasar  sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan tercapainya tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan kondisi riil masa kini dan antisipasi masa yang akan datang

b. Menyajikan materi layanan dasar dengan menerapkan metode yang sesuai den menarik bagi peserta didik.

c. Menyampaikan materi layanan dasar dengan menggunakan teknologi informasi yaitu dapat melalui : web, instagram, wathshap, email, dll.

d. Materi layanan dasar disajikan bervariasi yaitu dapat berupa film, audio, audio visual, cetakan (leaf let, papan bimbingan)

e. Menyajikan materi layanan dasar tidak sebatas menyampaikan pengetahuan tetapi diharapkan terjadinya internaliisasi pada diri peserta didik selama dan atau setelah memperoleh materi layanan dasar.

f. Materi yang disampaikan kepada peserta didik memiliki acuan secara nasional dan memperhatikan kondisi lokal.

g. Acuan materi layanan dasar dapat berdasarkan tercapainya tujuan setiap bidang layanan bimbingan, standar kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD), dan pendidikan karakter peserta didik.

2. Layanan responsif.
Guru bimbingan dan konseling melaksanakan layanan responsif berdasarkan hasil analisi asesmen kebutuhan pesera didik dan analisis kebijakan yang berdampak pada siswa, guru dan orang tua. Layanan konseling perlu dikembangkan E-Konseling, dan dibuat untuk akses mudah, dan layanan dilakukan secara profesional.

3. Layanan perencanaan dan peminatan peseta didik.
Guru bimbingan dan konseling mengacu pada permendikbud No. 64 Tahun 2014 tentang Pemnatan Peserta didik dan Pedoman Peminatan yang diber(1) memahami peta peminatan peserta didik, (2) memberikan pendampingan dengan cara memberikan materi penguatan terhadap peminatan peserta didik dan memberikan layanan konsultasi. Selanjutnya melaksanaka tugas sesuai dengan panduan peminatan peserta didik

4. Dukungan sistem,
Guru bimbingan dan konseling diharapkan menguasai teknologi informasi dengan cara belajar mandiri, dan atau mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Pengurus Daerah ABKIN atau Perguruan Tinggi, tentang layanan dasar, layanan responsif, dan layanan perencanaan dan peminatan peseta didik.


Yogyakarta, 5 Juni  2020
Ketua Umum 


Prof. Dr. Muh Farozin, M.Pd. 
     
NA. 34231554112312 


Sumber:
PENGURUS BESAR 
ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA 
Sekretariat: Laboratorium Bimbingan dan Konseling,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta  
Alamat: Jl. Colombo No.1, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, Telepon:0812-2707-448 dan 0812-5297-599; email:pengurusbesar@abkin.or




Kala Wanita Jadi Bunga Desa (Part 4)


3. Saat Keputusan itu Harus Dijalani
a. Dekati Allah...

b.  Laa Takhof wa Laa Tahzan
Jangan takut dan jangan bersedih! Yakinilah bahwa semua yang kita temui di dunia ini, segalanya telah Allah catat dalam Kitab-Nya yang mulia sebagai takdir yag harus dijalani, karena itu tak perlu takut dan bersedih menjalaninya. Serahkan segala urusan pada Allah karena Allat tidak akan memberikan beban pada seorang hamba kecuali sesuai dengan kemampuannya.
Allah SWT berfirman, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput darimu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang Diberikan-Nya padamu. Dan Alah tidak Menyukai setiap orang sombong lagi membanggakan diri.” (S Al-Hadid: 22-23)

Jika keduanya dilakukan oleh Sang Akhwat Bunga Desa, Insya Allah ia akan mendapatkan kebahagiaan hakiki.
            Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan) janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu,” (QS. Fushilat: 30)

            c.      Persiapkan Diri
Jika usia telah baligh dan persyaratan menikah telah terpenuhi, maka menikah bukanlah lagi menjadi suatu pilihan, tapi sudah menjadi keniscayaan. Karena itu jangan ragu untuk mempersiapkan diri (persiapan ilmu, ruhiah dan jasadiah) untuk melaksanakan sunnah Rasul yang satu ini.
Dengan demikian seorang muslimah benar-benar telah menjadi akhwat sejati, ketika dimasa menjadi Bunga Desa ia bisa melaluinya sesuai dengan yang Allah inginkan dan insya Allah diberi kemudahan karena ia yakin bahwa semua yang Allah tentukan, adalah yang terbaik untuk dirinya, Tentu saja tanpa mengesampingkan ikhtiar mempersiapkan diri menjadi Bunga Keluarga, karena berumah tangga adalah suatu keniscayaan.

Wallahu ‘alam bishawab



Thursday, 4 June 2020

Kala Wanita Jadi Bunga Desa (part 3)


2. Saat Keraguan Tiba
Hidup adalah pilihan, dalam kehidupan kita senantiasa bertemu dengan dua atau lebih pilihan, maka kewajiban kita sebagai manusia adalah memilih satu diantaranya. Saat Bunga Desa sudah memasuki usia matang dalam kedewasaan, ia akan bertemu dengan dua pilihan, antara kukuh dengan kesendiriannya atau melepas kesendiriannya untuk memasuki kehidupan berumah tangga. Disaat seperti ini ia akan bertemu dengan perasaan keraguan yang sangat.
Tidak sedikit akhwat yang kesulitan menghadapi masa keraguan ini, disatu sisi ia ketakutan tidak bisa mempertahankan hijabnya –terutama hijab dihatinya- karena secara fitrah usianya memang sudah matang untuk berumah tangga. Disisi lain ia bertemu dengan berbagai kekhawatiran, seperti khawatir tidak bisa menjadi istri shalehah, khawatir salah melangkah dan kekhawatiran lainnya.
Disaat seperti ini, Sang Akhwat harus mencari orang (guru/ustadz) yang bisa membimbingnya berfikir, merenung, yang pada akhirnya ia bisa membuat keputusan yang terbaik sesuai dengan syari’ah dan di Ridhoi Allah SWT

3. Saat Keputusan itu Harus Dijalani
Masa-masa yang telah dilalui Sang Akhwat akan senantiasa menempa kedewasaannya, pada akhirnya ia akan memahami bahwa menikah adalah salah satu pilihan yang harus ia ambil, karena itu adalah sunah Rasul, yang harus disegerakan jika telah cukup usia dan menemukan calon pendamping hidupnya.
Suatu keputusan yang tidak mudah, harus melepas masa lajang, mengganti gelar Bunga Desa jadi Bunga Keluarga, menjadi seorang istri, menantu, dan menjadi ibu bagi anak-anaknya.
Lalu apa yang harus dilakukan saat kata” menikah” menjadi keputusan yang diambil?
a.      Dekatilah Allah
Hidup adalah perjalanan yang harus dilalui seluruh umat manusia sampai Allah tentukan akhir perjalanannya untuk kembali pada-Nya. Jika dalam hidup kita mersakan kepenatan, kesulitan, dan ketidak mudahan, yang membuat kita merasa lemah tidak berdaya, tidak tenang, dan tidak nyaman maka dekatilah Allah
Allah SWT berfirman, “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram” (QS Ar-Ra’d:28)



Wednesday, 3 June 2020

Kala Wanita Jadi Bunga Desa (part 2)


Lalu dimanakah letak ketidak-mudahan akhwat ketika menjadi Bunga Desa?

1. Saat Ke-taknyamanan itu datang

           Seorang akhwat Bunga Desa akan merasa tidak nyaman disaat para kumbang “mendekatinya.” Terjadi sebuah dilema antara fitrahnya sebagai wanita (menyukai seorang pria) dengan rasa takut jika pertahanan hijabnya luntur bahkan tak tersisa.

           Karena itu, akhwat sejati akan berusaha sepenuh hati untuk tidak menjadi pusat perhatian dan menghindari TP (Tebar Pesona), bahkan berusaha sekuat tenaga agar bisa seminimal mungkin berinteraksi dengan ikhwan.

       Disaat ia memang harus berinteraksi dengan ikhwan, karena ikatan profesi atau organisasi misalnya, maka akhwat sejati akan bersikap profesional dengan tidak terlalu banyak bicara, berbicara sesuai yang diperlukan, menegaskan suara, menjaga pandangan, bahkan sampai memakai tabir jika perlu.

         Segala usaha akhwat sejati ini memang patut kita angkat jempol, dimana segala usaha ia lakukan agar bisa meredam fitnah dari dirinya, dan ia lakukan itu hanya untuk Allah, karena Allah telah menentukan aturan khusus untuknya.

       Allah SWT berfirman, Katakanlah pada wanita beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali pada suami mereka, atau ayah mereka, ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang beriman agar kamu beruntung” (QS An-Nuur: 31)

            Namun berbeda halnya jika pertahanan akhwat Bunga Desa itu lemah, maka saat seperti ini akan membuat imannya goyah, ditambah jika ada para ITONG / Ikhwan Sepotong (sebutan untuk ikhwan yang “nakal”) yang sengaja atau tidak, seringkali melemparkan sindir sampir, mengungkap kekaguman ataupun perhatiannya pada akhwat yang bukan muhrimnya. Maka saat itu pula, Si akhwat tumbang, bahkan terkena VMJ (Virus Merah Jambu) dan bahayanya hal ini akan  berujung pada gelar ATONG / Akhwat Sepotong (sebutan untuk akhwat yang rusak “hijab”nya), bicaranya tidak terkontrol, cenderung TP, dan pertahanan hijab jebol. Naudzubillahi min dzalik.

Tarbiyah yang selama ini diikuti pun seakan tidak ada efeknya ketika akhwat dengan pertahanan hijab yang lemah “diganggu” para ITONG (tersenyumlah saat membaca istilah ITONG dan ATONG ini, tapi itulah kenyataannya. Gelar itu ada dan tidak sedikit jumlahnya).

Maka sewajarnya, seluruh ikhwan dan akhwat yang sudah mengikuti tarbiyah, menyadari benar akan kedudukannya dan lebih memperkokoh pertahanan hijabnya, ketika usia telah baligh dan beranjak dewasa.


Catt:
akhwat : sebutan.tuk wanita muslimah
Ikhwan : sebutan tuk laki-laki muslim
tarbiyah: pengajian mingguan


Monday, 1 June 2020

Kala Wanita Jadi Bunga Desa (part 1)

Bunga Desa, adalah istilah yang mewakili suatu keadaan seorang wanita yang memasuki masa dimana ia menjadi idola, primadona, dan pusat perhatian kaum Adam.
Disadari atau tidak, bagi seorang akhwat yang memasuki masa dimana ia jadi Bunga Desa ini bukanlah hal yang mudah. Seorang akhwat yang mengazamkan diri untuk Islam dan berusaha sekuat tenaga hidup sesuai dengan apa yang Allah perintahkan, akan senantiasa menjaga dirinya agar tak menjadi fitnah.

Orang Bijak berkata, "Sebaik-baik muslimah adalah muslimah yang mampu meredam fitnah dari dirinya." Ungkapan ini mengingatkan kita sebagai muslimah agar menjadi seorang akhwat sejati, seorang akhwat yang mampu menjaga diri dan namanya dimanapun ia berada.

Malumu mahkota yang tidak perlukan singgasana
Tetapi ia senantiasa menjaga diri dan nama
Tiada siapa yang akan boleh merosaknya
Melainkan kau sendiri yang mampu menyerah diri

Ketegaranmu umpama benteng negara dan agama
Dari dirobohkan dan jua dari dibinasakannya
Wahai Putriku sayang, kau bunga terpelihara
Mahligai syurga itulah tempatnya

(Hijaz)


Lalu dimanakah letak ketidak-mudahan akhwat ketika menjadi Bunga Desa?
(BERSAMBUNG)

Resensi "MAHARESA"

Hai Readers apa kabar? Kembali lagi dengan saya yang mau berbagi resensi buku yang dibaca bulan Juni ini.  Ada dua novel yang udah selesai a...